TEMPO.CO, Denpasar - Perusakan terhadap baliho aspirasi masyarakat Bali yang menolak rencana reklamasi Teluk Benoa kembali terjadi. Berdasarkan data yang dihimpun, ditemukan perusakan tiga baliho di wilayah Karangasem, Klungkung satu baliho, Gianyar lima baliho, Denpasar 11 baliho, dan Badung tujuh baliho. Baliho-baliho tersebut milik tujuh desa adat, tiga STT, dan 10 komunitas yang tersebar di lima kabupaten/kota tersebut.
Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) I Wayan Gendo Suardana mengecam pemberangusan baliho-baliho tersebut. "Ada pihak-pihak yang berupaya terus membungkam gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa menggunakan cara memberangus baliho agar terkesan tidak ada penolakan,” ujarnya, Jumat, 10 Februari 2017.
Baca: Muda-Mudi Bali Bentuk Paquyuban Tolak Reklamasi Teluk Benoa
Pada 2017, upaya pemberangusan baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa pada Kamis dinihari tersebut adalah kali kedua. Selumnya, ada aparat kepolisian yang terang-terangan menurunkan paksa baliho tolak reklamasi Teluk Benoa seperti baliho milik STT Dharma Bakti di Melaya, juga baliho lain diturunkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kali ini perusakan dan penghilangan paksa baliho-baliho tolak reklamasi Teluk Benoa tersebut berlangsung cepat, serempak, dan senyap.
Diduga para pelaku melakukan aksinya secara serentak. Di Kesiman, Denpasar, ada lima baliho yang dirusak, yakni baliho Desa Pakraman Kesiman yang berada di perempatan Padang Galak, perempatan Tohpati, baliho Kesiman Petilan, baliho Komunitas The Lek's di Pura Pengrebongan, serta baliho ST Putra Kencana Banjar Dauh Tangluk, yang dirusak dan bahkan dirobohkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Simak: Dukung Perjuangan ForBALI, Ini Harapan Haris Azhar
Hal yang sama juga terjadi di Renon. Dua baliho di bundaran Renon dan Tukad Balian disebutkan oleh warga robek pada sekitar pukul 03.00. Di daerah Klungkung, Sumerta, Seminyak, Kerobokan, dan Intaran juga terjadi. Anehnya, dalam pantauan yang dilakukan, ada bentuk dan pola perobekan yang sejenis, sehingga ada dugaan dilakukan oleh kelompok satu komando.
Sore hari pasca-perusakan tersebut, desa adat langsung bangkit melawan. Salah satunya Desa Adat Intaran. Warga Desa Adat Intaran tampak memperbaiki beberapa baliho mereka yang dirusak, seperti baliho yang berada di perempatan McD, Sanur. “Kami memperbaiki baliho sebagai tanda perlawanan kami kepada mereka yang tidak berani terang-terangan merusak baliho kami,” ujar I Wayan Hendrawan.
ROFIQI HASAN