TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman meminta maaf kepada konstituennya di Sumatera Barat sehubungan dengan perkara suap yang menjeratnya. “Kepada masyarakat di Sumatera Barat yang telah memberikan amanah di DPD, juga jajaran yang telah memberikan kepercayaan sebagai pimpinan, saya mohon maaf sebesar-besarnya,” kata Irman di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rabu, 8 Februari 2017.
Irman adalah terdakwa suap pengaturan kuota gula impor. Ia didakwa menerima duit senilai Rp100 juta dari Memi, pemilik CV Semesta Berjaya, distributor gula. Duit itu diserahkan Memi bersama suaminya, Xaveriandy Sutanto, saat menyambangi rumah Irman pada 16 Oktober 2016.
Baca:
Hakim Gugurkan Praperadilan Irman Gusman
Irman Ditahan KPK, Siap Bongkar Mega-Korupsi E-KTP
Dalam sidang pembelaannya hari ini, Irman menyampaikan percaya akan takdir. Menurut dia, perkara yang menimpanya sebagai takdir yang harus dijalani. “Saya hanya dapat memohon agar saya dapat diberi putusan seadil-adilnya,” ujar dia.
Pria yang hampir genap 55 tahun itu menceritakan telah mengabdi lama sebagai pejabat publik. Misalnya menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 1999-2004 dan tergabung dalam DPD hingga menjadi ketua. Sejak sekolah dasar hingga menengah atas ia tinggal di Padang. Selepas lulus pascasarjana, pada 1988 ia kembali ke Padang untuk mengelola perusahaan keluarga.
Baca juga:
Irman Akui Sebutkan Perusahaan Milik Memi ke Dirut Bulog
Irman Gusman Diberhentikan Sebagai Ketua DPD
Irman mengaku berkontribusi mendirikan kawasan industri di Padang hingga bergabung pada organisasi Himpinan Pengusaha Muda Indonesia dan Kamar Dagang dan Industri. Ketimpangan dan ketidakadilan yang ia rasakan, mendorong Irman masuk pada ruang publik yaitu masuk dalam MPR dan DPD.
Irman mengatakan sebagai pimpinan DPD wajib menampung aspirasi dan menindaklanjuti, termasuk soal kelangkaan gula dari konsituennya di Sumatera Barat. Ia mengatakan pada Juli 2016 berkunjung ke Sumatera Barat dan menyaksikan harga gula yang tinggi mencapai Rp16-17 ribu. Padahal seharusnya harga gula berada pada kisaran Rp14 ribu. Keadaan itu berlanjut hingga seusai lebaran.
Irman lalu mengajukan permohonan ke Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan menghubungi Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. “Masalah kekurangan pasokan dan tingginya harga itu mendorong saya menghubungi Djarot untuk menambah pasokan,” kata dia. Ia menegaskan usul itu semata untuk melaksanakan kewajiban sebagai pimpinan DPD untuk menstabilkan harga gula.
DANANG FIRMANTO