TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksa tiga mantan pejabat PT Garuda Indonesia terkait kasus dugaan suap pembelian pesawat Airbus SAS dan mesin pesawat Rolls-Royce pada maskapai Garuda, Kamis, 2 Februari 2017. Mereka diperiksa sebagai saksi untuk tersangka mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Tiga saksi itu adalah Albert Burhan, Azwar Anas, dan Elisa Lumbantoruan. "Mereka diperiksa dalam kapasitas masing-masing ketika bekerja di Garuda Indonesia," kata juru bicara KPK Febri Diansyah melalui pesan pendek, Kamis, 2 Februari 2017.
Baca: Ini 5 Kasus Garuda Lain yang Diduga Libatkan Emirsyah Satar
Dalam perkara ini, Albert diperiksa dalam kapasitasnya sebagai VP Treasury Management PT Garuda Indonesia tahun 2005-2012. Sedang Azwar diperiksa sebagai Senior Manager Engine Management PT Garuda Indonesia. Sementara, Elisa diperiksa dalam kapasitasnya sebagai Direktur Strategi dan IT PT Garuda Indonesia.
Febri mengatakan penyidik memeriksa tiga saksi itu untuk mendalami soal pengadaan dan perawatan mesin pesawat di Garuda. "KPK mendalami program quantum leap, proses pengadaan dan jasa perawatan mesin pesawat," katanya.
Baca: Kasus Suap Emirsyah Satar, Elisa Dicecar KPK 28 Pertanyaan
Elisa Lumbantoruan memastikan pemeriksaan kali ini tidak terkait posisinya sebagai petinggi di PT ISS Indonesia, tempat kerjanya saat ini. Selama diperiksa, ia mengaku hanya ditanya soal tugas dan wewenangnya selama menjadi direksi di PT Garuda Indonesia.
Sebagai direksi, Elisa mengatakan, dirinya ikut mengambil keputusan dalam pengadaan mesin pesawat saat itu. Namun, ia enggan menjelaskan pertimbangan apa yang membuat Garuda memilih Rolls-Royce. "Saya ikut jadi anggota direksi yang memutuskan waktu itu. Itu adalah proses pengambilan keputusan di rapat direksi," katanya.
Emirsyah Satar diduga menerima suap sebesar Rp 46 miliar yang diberikan melalui Soetikno Soedarjo, Beneficial Owner Connaught International. Suap itu diduga diberikan agar Garuda membeli mesin pesawat Rolls-Royce dalam pengadaan pesawat Airbus dalam kurun 2005-2014.
MAYA AYU PUSPITASARI