TEMPO.CO, Jakarta - Lolos beasiswa merupakan impian bagi setiap pelajar, apalagi menjadi penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola langsung oleh Kementerian Keuangan. Sejak 2012, pemerintah menyediakan beasiswa untuk sekitar 16 ribu pelajar.
Total biaya yang dikeluarkan pemerintah tak tanggung-tanggung. Dari Rp 1 triliun pada tahun pertama, kini anggaran untuk LPDP mencapai Rp 22,5 triliun. Dana abadi ini berasal dari pengumpulan pajak yang diinvestasikan khusus untuk pendidikan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan program ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah untuk menjaring anak-anak Indonesia yang memiliki kepintaran, tapi tak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sri menyebutkan para penerima beasiswa LPDP adalah orang-orang terpilih.
"Jadi awardee, you are different class netizen. Anda penerima beasiswa dari hasil pajak Indonesia," kata Sri Mulyani saat pembukaan LPDP Edufair di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Selasa, 31 Januari 2017.
LPDP menyediakan beasiswa untuk universitas di dalam negeri berakreditasi A dan ratusan kampus di luar negeri. "Negara tak meminta apa-apa. Anda sekolah saja yang terbaik, dan untuk meningkatkan personal career, maka negara memberi kepada Anda," kata dia.
Setiap tahun, LPDP membuka empat kali pendaftaran beasiswa. Direktur LPDP Eko Prasetyo memberikan jurus kunci agar para pelamar lolos dalam seleksi.
Sebab, menurutnya, pintar dalam akademis tak menjamin pelamar langsung dapat mengantongi tiket ini. Anda juga tak perlu khawatir apabila belum mengantongi surat kelulusan (letter of acceptance) dari kampus yang Anda inginkan. "Tapi emang kalo punya LoA kan punya posisi tawar lebih tinggi," ujarnya.
Berikut ini tip penting untuk Anda agar pelamar lolos dalam seleksi LPDP.
1. Gigih
Menurut Eko, pelamar harus gigih mencari informasi, mengikuti prosedur pendaftaran, dan tahap seleksi yang berlaku.
2. Jadilah diri sendiri
Kepercayaan diri yang kuat untuk menunjukkan integritas dan bakat adalah kunci utama. "Jadilah diri sendiri, tak perlu memakai joki atau apa," kata Eko.
3. Kuasai bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar sebagian besar kampus di luar negeri. Kendati demikian, beberapa negara mensyaratkan mahasiswa menguasai bahasa setempat.
4. Adaptif dengan lingkungan
Banyak awardee gugur karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Cara belajar, kurikulum, gaya hidup, dan budaya di luar negeri sangat berbeda dengan di Indonesia. "Makanya cross culture penting dipahami," ucap Eko.
Jadi sudah siapkah untuk meraih cita-cita itu? Sufi Jalaludin Rumi mengatakan pencarian adalah dasar dari keberuntungan. Dan setiap keberhasilan tergantung pada fokus hati kita.
PUTRI ADITYOWATI
Simak juga:
Jelang Pemeriksaan Rizieq dll, Polisi Antisipasi 2.000 Massa