TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh mengingatkan pentingnya deteksi dini penyakit kanker dalam memperingati Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari.
"Kanker tidak mengenal golongan usia tertentu. Sejak balita sampai usia tua ada kemungkinan terpapar penyakit kanker," kata Subuh di gedung Kementerian Kesehatan Jakarta, Rabu, 1 Februari 2017.
Pemerintah, saat ini, kata dia, memprioritaskan pada kasus kanker payudara dan kanker serviks sebagai kanker yang paling banyak diidap perempuan Indonesia. Dia menekankan deteksi dini kanker tersebut bisa dilakukan oleh masyarakat dari individu itu sendiri sebelum memeriksakannya ke fasilitas layanan kesehatan.
Baca juga:
Perangi Hoax, Rudiantara Bertemu Facebook
Zaskia Gotik Kapok Belanja Barang Bermerek Lewat Online
"Pemeriksaan yang bisa dilakukan individu dengan cara meraba, kemudian memeriksakan. Apabila ada kelainan dirasakan secara individu, dianjurkan ke fasilitas pelayanan untuk dilakukan deteksi," tutur Subuh.
Upaya deteksi dini kanker pada perempuan yang dilakukan di fasilitas layanan kesehatan berupa screening kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Selain itu, untuk kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis). Cakupan deteksi dini IVA dan Sadanis di Indonesia sampai dengan 2016 meningkat jika dibanding tahun 2015, yang cakupan pemeriksaannya sebesar 1.268.333 orang atau 3,4 persen menjadi 1.925.943 orang atau sekitar 5,2 pesen.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah tahun 2013, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1.000 penduduk, atau sekitar 347 ribu orang. Kanker tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Data dari BPJS hingga akhir 2015, pembiayaan pengobatan untuk penyakit kanker sebesar Rp 2,2 triliun dan menempati urutan ketiga setelah penyakit jantung pembuluh dan gagal ginjal.
ANTARA