TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menyatakan kurang puas dengan pemahaman Islam para responden dalam survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center. Salah satu yang menjadi perhatian Said Aqil ialah kehadiran Front Pembela Islam (FPI) dalam jajaran elit organisasi massa Islam di Indonesia.
"Kalau sudah tertarik FPI terus dianggap membela Islam itu kan betapa rendahnya pemahaman Islam," ucap Said dalam pemaparan survei Potret Keberagamaan Muslim Indonesia di Gedung PBNU, Jakarta, Senin, 30 Januari 2017. Di sisi lain, justru dirinya bersama NU tengah giat-giatnya mengenalkan Islam sebagai agama yang toleran. Bahkan Said tak mau ambil pusing ketika dihujat saat mengenalkan Islam toleran.
Sebelumnya, Alvara Research Center melansir hasil survei tentang Potret Keberagamaan Muslim Indonesia. Pendiri Alvara Hasanuddin Ali mengatakan sebanyak 95 persen Muslim di Indonesia memandang penting peran agama dalam kehidupan sehari-hari. "Umat Islam Indonesia umumnya religius," kata Hasanuddin.
Selain itu, dalam hal Ormas Islam, Hasanuddin menyatakan hasil survei menunjukkan kalau NU, Muhammadiyah, dan Front Pembela Islam (FPI) merupakan tiga ormas Islam yang paling banyak dikenal oleh umat Islam Indonesia.
Berdasar survei, NU menempati posisi paling dikenal yakni 97,0 persen. Sementara Muhammadiyah 93,4 persen, Front Pembela Islam (FPI) 68,8 persen, Lembaga Dakwah Islamiah (LDII) 35,5 persen. Lalu PERSIS 19,0 persen, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) 13,5 persen dan Front Umat Islam (FUI) 9,8 persen.
Sedangkan tiga Ormas Islam yang paling populer di mata responden ialah NU 69,3 persen. Kemudian Muhammadiyah 14,5 persen dan FPI 9 persen.
Lebih lanjut, survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan 1.626 responden yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Metode yang digunakan ialah multi stage random sampling dengan margin error sebesar 2,47 persen. Survei dilakukan sepanjang minggu keempat hingga minggu pertama Desember 2016 dengan usia responden 17-65 tahun.
ADITYA BUDIMAN