TEMPO.CO, Malang - Puluhan mahasiswa berseragam almamater dan mengenakan jilbab berkumpul di ruang pertemuan Kelenteng Eng An Kiong, Malang, Jawa Timur, Kamis 26 Januari 2017. Mereka berdiskusi dengan pimpinan umat Khonghucu, Bonsu Anton Triyono. Mereka menyimak penjelasan mengenai ajaran agama Khonghucu. "Perbedaan bukan menjadi pertentangan tapi, untuk mencari solusi," kata Bonsu Anton.
Sekitar 30 mahasiswa Universitas Darussalam, Gontor, Ponorogo, tersebut tengah melakukan kunjungan studi akademik di Kelenteng Eng An Kiong. Para mahasiswa belajar di jurusan Usuludin atau perbandingan agama. Mereka mempelajari agama-agama di Indonesia. Salah satunya belajar mengenai agama Khonghucu yang menjadi agama keenam saat era Presiden Abdurrachman Wahid.
Baca juga:
Salah Eja Ikan Tongkol, Pelajar Ini Dapat Sepeda dari Jokowi
Lihat SMS Mesra di HP Istri, Kades Murka Lalu Aniaya Warga
Kasus Rizieq di Jabar, dari 'Campur Racun' sampai Soal Tanah
Bonsu Anton mengaku pada 1994 telah menjadi dosen tamu di Universitas Darussalam. Dia memaparkan sejarah umat Khonghucu dan warga keturunan Tionghoa masuk ke Nusantara, serta menjelaskan agama Khonghucu kepada para mahasiswa.
Menurut Bonsu Anton, kelenteng menjadi tempat ibadah agama Khonghucu, Tao, dan Buddha Mahayana. Selain itu, merupakan pusat pembelajaran kesenian dan budaya leluhur. Dia mencontohkan kesenian Thionghoa seperti tari Liang Liong dan Barongsai, serta kesenian Jawa seperti wayang orang dan karawitan.
Baca Juga:
Salah satu dosen pembimbing, Muttaqin menjelaskan para mahasiswa tengah studi berbagai agama, sejarah, dan aktivitas keagamaannya. Mereka selama dua hari berkeliling Malang untuk studi banding ke Sekolah Tinggi Agama Buddha dan Sekolah Tinggi Agama Hindu di Malang. "Mereka akan menyusun laporan secara deskriptif di lapangan," katanya.
Para mahasiswa berkeliling Kelenteng dan mendokumentasikan sejumlah altar yang tersebar di sana, serta melihat aktivitas keagamaan yang dilakukan umat Khonghucu. Kunjungan mahasiswa ini sekaligus untuk membangun toleransi dan merawat keberagaman, saling menghargai serta menghormati agama masing-masing.
EKO WIDIANTO