TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api menambah frekuensi perjalanan kereta barang pengangkut peti kemas. “Selama ini dua hari sekali, sekarang setiap hari satu kali perjalanan,” kata Manajer Humas Daerah Operasi II Bandung PT Kereta Api Indonesia M. Ilud Siregar kepada Tempo, Selasa, 24 Januari 2017. Penambahan frekuensi perjalanan kereta barang itu merupakan imbas dari pembatasan kendaraan berat yang melalui Jembatan Cisomang di Jalan Tol Purbaleunyi.
Anak perusahaan PT Kereta api, PT Kereta Api Logistik, menggandeng PT Multi Terminal Indonesia, anak perusahaan PT Pelindo II, serta PT Mitra Adira Utama mengoperasikan layanan angkutan peti kemas dari Terminal Gedebage, Bandung menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Secara tentatif, layanan angkutan peti kemas bisa ditambah hingga empat kali perjalanan dalam satu hari. “Kami bisa melayani empat kali sehari, tergantung permintaan,” kata Ilud.
Baca:
Akhir Maret, Perbaikan Jembatan Cisomang Selesai
Kendaraan Berat Dilarang Masuk Jembatan Cisomang
Permintaan layanan terhadap PT Kereta Api meningkat lantaran angkutan barang akibat pembatasan kendaraan yang melintasi Jembatan Cisomang bergeser. “Ada penambahan perjalanan angkutan barang dari Gedebage karena pembatasan tonase di Cisomang,” ucap Ilud.
Setiap harinya, kereta api barang berangkat dari Terminal Gedebage pukul 19.25 dan tiba di Tanjung Priok pukul 00.37. Satu rangkaian kereta membawa 15 gerbong datar dengan kapasitas angkut hingga 30 TEUs peti kemas berukuran 20 feet. Layanan diberikan pada Senin hingga Sabtu.
Baca juga:
Ada di Zona Merah, Begini Rawannya Jembatan Cisomang
Perbaikan Jembatan Cisomang Baru 10 Persen
Layanan angkutan barang dioperasikan malam hari untuk menyiasati padatnya perjalanan kereta di rute Jakarta-Bandung pagi hingga sore hari. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan kereta peti kemas dioperasikan pagi hingga siang, tergantung permintaan. “Perjalanan siang bisa dikondisikan kalau ada permintaan, karena jadwal kereta api harus diatur.”
Pembatasan tonase di Jembatan Cisomang juga mengakibatkan okupansi penumpang kereta rute Bandung-Jakarta dan sebaliknya juga masih padat hingga saat ini. Akhir pekan lalu, misalnya, PT Kereta Api menambah empat kereta tambahan akibat lonjakan penumpang.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Deddy Wijaya mengatakan penambahan layanan perjalanan kereta pengangkut peti kemas belum memuaskan. “Itu tidak menolong banyak karena tetap terbatas,” katanya di Bandung, Selasa.
Deddy beralasan, truk masih menjadi pilihan kendati waktu tempuhnya lama karena bisa mengatur perjalanan kapan saja. “Dengan perjalanan satu kali sehari, masih kelamaan menunggunya,” katanya. Truk dinilai masih lebih cepat meski pergerakan lalu lintas relatif lebih lambat.
Meski begitu, ia mengakui, penambahan perjalanan kereta barang itu menandakan sudah ada yang memulai peralihan moda angkutan barangnya pada kereta api. “Sudah ada peningkatan, itu cukup bagus,” ucapnya.
Deddy meminta pemerintah secepatnya merampungkan perbaikan Jembatan Cisomang. “Kalau ini tidak segera ditangani, biaya distribusi akan naik. Biaya distribusi ini akan dibebankan pada masyarakat.”
Deddy mengatakan jalan tol penghubung Bandung-Jakarta itu menjadi lintasan distribusi komoditas agro di seputar Bandung Raya, Priangan Timur, hingga Jawa bagian selatan. “Biaya distribusi tergantung BBM yang dibakar, kenaikannya bergantung pada isi barang yang diangkut,” katanya.
AHMAD FIKRI