TEMPO.CO, Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendapat gelar kehormatan sebagai ‘Mama Papua’ dari Ikatan Masyarakat Papua di Surabaya. Risma, panggilan akrabnya, dianggap sebagai sosok perempuan kuat dan menjadi bagian dari masyarakat Papua berkat jasa-jasa baiknya.
“Saya sudah lama menginginkan bertemu saudara-saudara saya orang Papua,” kata Risma saat memberikan sambutan di Graha Sawunggaling Pemerintah Kota Surabaya, Sabtu petang, 21 Januari 2017.
Prosesi pemberian gelar ‘Mama Papua’ itu didahului dengan tarian selamat datang. Risma berjalan diiringi para tetua masyarakat Papua dan penari menjalani tradisi Mansorandak alias injak piring. Tradisi ini biasa dilakukan sebagai bentuk penyambutan bagi saudara yang pergi merantau jauh di luar tempat asal yang cukup lama.
Setelah itu, penyematan tiga benda khas Papua dilakukan. Yakni mahkota Cenderawasih, kain batik Papua, dan noken rajut akar. Tiga benda itu merupakan simbol bahwa Risma diterima sebagai salah satu bangsawan sekaligus ibu Papua yang mengayomi anak-anaknya.
Prosesi pemberian gelar diakhiri dengan tari-tarian. Risma yang mengenakan baju batik buatan pengrajin Dolly itu pun turut bernyanyi dan berjoget dengan warga Papua.
Risma berpesan, sebagai Mama Papua, dia siap membantu apabila orang Papua ditimpa masalah. Terutama anak-anak Papua yang merantau untuk menuntut ilmu di Kota Pahlawan. Risma menyatakan siap memberi bantuan dan semangat agar mereka terus maju sehingga kelak kembali membangun Papua. “Saya berdiri di depan kalian, saya adalah mama kalian, saya akan bantu masalah-masalah kalian,” ucap Risma.
Namun Risma mensyaratkan agar tidak ada lagi sikap membeda-bedakan sesama saudara. Risma menegaskan antar orang Papua sendiri tidak lagi membedakan antara orang gunung dan orang pantai. "Tidak ada yang berbeda pada diri kita. Kita semua sama derajatnya di mata Tuhan. Kita adalah keluarga besar," kata Risma.
Sementara itu, perempuan senior Papua di Surabaya, Margaretha Unani, mengatakan penyematan Mama Papua kepada Risma bukan gelar sembarangan. Gelar Mama dan mahkota cenderawasih merupakan simbol penghormatan bagi bangsawan, sekaligus menggambarkan peran seseorang. “Bu Risma kami pilih karena beliau sosok perempuan tangguh, namun tidak memandang rendah bahkan mau membantu orang-orang biasa seperti kami,” katanya.
Tak hanya kepada orang Papua yang tinggal di Surabaya, Risma juga ringan tangan terhadap warga Papua yang datang. Margaretha mencontohkan ketika 20 orang perempuan Papua yang mengunjungi kota Surabaya untuk belajar keterampilan dan wirausaha pada tahun 2016 silam. “Mereka mama-mama dari kampung, di sini Bu Risma sangat membantu mengajarkan mereka,” tutur dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA