TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Pembajun Setyaningastuti mengatakan penyakit antraks tidak dapat menular antarmanusia. "Melainkan dari ternak ke manusia (zoonosis) melalui bakteri Bacillus anthracis," ucapnya, Sabtu, 21 Januari 2017.
Dengan demikian, ujar dia, penularan penyakit antraks harus didahului dengan keberadaan ternak yang terinfeksi bakteri Bacillus anthracis. Penularan antraks dari ternak ke manusia dapat melalui tiga cara, yakni melalui kulit, oral (pencernaan), dan pernapasan. Penularan melalui kulit bisa terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan spora bakteri antraks yang melekat pada kulit, daging, tulang, atau darah hewan ternak yang sakit.
Baca juga:
Isu Antraks, Dinas Kesehatan DIY: Insya Allah Sudah Aman
La Nyalla Angkat Bicara Soal Kadin Jawa Timur Tandingan
Penularan melalui pencernaan, tutur Pembajun, bisa terjadi ketika seseorang mengkonsumsi daging hewan yang positif antraks. "Namun masyarakat tidak perlu khawatir. Untuk sementara, diusahakan membeli daging yang segar. Kalau bisa, dimasak sendiri," katanya.
Pembajun berharap masyarakat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menghindari penyakit itu. PHBS di lingkungan keluarga, antar lain, dilakukan dengan membiasakan mencuci tangan dengan air bersih menggunakan sabun; membersihkan jamban; makan sayur, buah, dan daging yang segar; berolahraga; membuang sampah pada tempatnya; serta tak meludah sembarangan.
Baca Juga:
"Memang secara teori menyatakan spora antraks mampu bertahan dalam waktu yang lama. Namun kita bisa mencegah perkembangbiakannya dengan PHBS serta menyemprotkan disinfektan secara intensif," ujarnya.
ANTARA
Simak juga:
Djarot Saiful Hidayat: Saya Suka Kata Kasmaran
Jual Beli Jabatan di Klaten, KPK Telusuri Peran Anak Bupati