TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah lembaga konservasi internasional, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), baru-baru ini mengeluarkan hasil penelitian bahwa setengah dari 300 spesies primata di dunia terancam punah karena perusakan hutan. Dalam penelitian yang dilakukan IUCN, setidaknya 60 persen satwa dari 300 spesies liar di dunia telah mati.
"Mengingat penurunan populasi dalam jumlah besar, dunia akan segera menghadapi peristiwa kepunahan besar jika tindakan yang efektif tidak segera dilaksanakan," tulis peneliti senior di IUCN, Anthony Rylands, di jurnal yang diterbitkan di University of Illinois dan National Autonomous University of Mexico, seperti dikutip dari The Guardian, pada Kamis, 19 Januari 2017.
Rylands membeberkan bahwa penurunan populasi primata terjadi dalam skala besar dan disebut dengan kepunahan. Mereka telah memasukkan daftar merah hampir semua primata, termasuk spesies gorila, simpanse, owa jawa, dan tarsius.
Dia mengatakan kepunahan ini terjadi akibat berkurangnya luasan hutan, tempat habitat mereka. Jumlah luasan lahan hutan yang hilang mencapai 1,5 juta kilometer persegi, atau seluas tiga kali ukuran Prancis.
Di Indonesia, di kawasan Sumatera dan Kalimantan, yang seharusnya menjadi habitat sejumlah spesies, orang utan dan owa jawa punah karena pembabatan hutan untuk perkebunan sawit. Di Cina, ekspansi perkebunan karet juga menyebabkan kepunahan siamang jambul putih dan siamang hainan. Sedangkan di India, bengal kukang, owa barat, dan monyet daun Phayre mengalami kepunahan karena perkebunan karet.
Menurut Rylands, 300 primata itu tersebar di 90 negara. Dua pertiga di antaranya hidup di Brasil, Madagaskar, Indonesia, dan Republik Demokratik Kongo. Di Madagaskar, 87 persen spesies primata menghadapi kepunahan dan 73 persen di Asia.
Selain karena lahan yang hilang, primata punah karena perburuan untuk diperdagangkan. Laporan IUCN membeberkan bahwa dari transaksi rekening, setidaknya 2.000 sampai 3.000 orang utan asal Kalimantan dibunuh untuk dijual dan dimakan setiap tahun. Sedangkan di Nigeria dan Kamerun ada 150 ribu dari 16 spesies primata diperdagangkan secara ilegal. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun.
AVIT HIDAYAT