Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Herlina 'Pending Emas' Pernah Selamatkan Nelayan di Palau  

image-gnews
Si Pending Emas, Herlina Kasim. dok.TEMPO/Rizal Pahlevi
Si Pending Emas, Herlina Kasim. dok.TEMPO/Rizal Pahlevi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Herlina Kasim, satu-satunya perempuan sukarelawan operasi pembebasan Irian Barat dari penguasaan Belanda tahun 1961-1963, meninggal dunia pada Selasa malam, 17 Januari 2017. Wanita dengan julukan "Pending Emas" ini, pernah berjasa memulangakan 26 nelayan Indonesia yang hampir dua tahun terdampar di Palau, sebuah negara di kepulauan di Samudera Pasifik.

Majalah Tempo edisi 52/18 yang terbit pada 25 Februari 1989, menulis kiprah wanita kelahiran Malang, 24 Februari 1941 itu, mengeluarkan dana tidak kurang dari Rp 20 juta untuk membantu kepulangan nelayan yang ditangkap otoritas Palau karena memasuki negara tersebut. "Saya berbuat ini semua bukan mau cari nama, tapi karena sedih melihat warga Indonesia telantar di negeri orang tanpa ada yang mau peduli," kata Herlina.

BACA: Herlina Sang Pending Emas Berpulang

Kenapa Herlina tersangkut dalam masalah ini? Ceritanya dimulai pada awal Juli 1987, ketika dua perahu layar nelayan Indonesia ditangkap oleh kapal patroli di wilayah Republik Palau. Kedua perahu itu dituduh mencuri ikan dan kerang laut. Selain itu, 28 penumpang kapal itu ternyata tak memiliki paspor atau surat-surat apa pun. Para nelayan yang berasal dari Pulau Buton (Sulawesi Tenggara), Morotai, dan Sorong (Irian Jaya) itu, 21 Agustus 1987, diajukan ke pengadilan di Corror, ibu kota Palau.

Mereka dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Akhir 1987, dua di antaranya sakit dan meninggal dunia di penjara. Salah seorang karena kanker. Yang 26 orang lagi, karena berkelakuan baik selama di dalam bui, setelah beberapa bulan dilepas dari penjara. Justru di sini mulai datang persoalan. Pemerintah Palau ingin mengembalikan para nelayan itu dengan biaya pemerintah Indonesia.

Untuk itu mereka menghubungi pemerintah Indonesia melalui Kedubes Amerika Serikat di Jakarta."Saya sendiri secara langsung empat lima kali menghubungi pemerintah Anda," kata Kaoru Prel, direktur kepolisian Palau, seperti dimuat Majalah Tempo, 25 Februari 1989. "Semua upaya saya itu sia-sia. Tak ada tanggapan sama sekali," ujar pejabat dari negeri berpenduduk 14.000 jiwa itu. Direktur Penerangan Luar Negeri Deplu waktu itu, Syamsul Bahri Siregar, membenarkan bahwa pihaknya dihubungi oleh pemerintah Palau.

"Pengembalian para nelayan itu sedang dalam proses," katanya. Selain itu, Depdagri sedang mengumpulkan keterangan daerah asal-usul para nelayan itu. Tapi kok begitu lama? Menurut sumber TEMPO, terhambatnya pengembalian itu karena dana yang diminta Deplu dari Departemen Sosial tak juga kunjung tiba. Sementara itu, di Corror, kota yang saat itu berpenduduk 8.000 jiwa, para nelayan tadi terpaksa bekerja sebagai buruh di ladang, penyabit rumput di halaman rumah orang, atau sebagai pencuci mobil.

"Pemerintah Indonesia tak pernah mengirim mereka apa-apa, maka terpaksa mereka bekerja. Uangnya mereka kumpulkan untuk membeli tiket pesawat pulang ke Indonesia," kata Kaoru Prel. Tapi mana mungkin uang hasil menyabit rumput bisa terkumpul untuk pembeli tiket pesawat? Alkisah, sekitar Februari 1988, Herlina sedang berlibur di Guam, yang terpisah dua setengah jam terbang dengan pesawat udara dari Palau. Di sana ia membaca berita terlunta-luntanya 26 orang Indonesia di Palau.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia prihatin pada nasib para nelayan ini. Maka, pada 15 Februari 1988, ia terbang ke Corror, melalui Manila. Herlina bisa menemui para nelayan Indonesia itu. Mereka mengeluhkan perlakuan penduduk setempat yang tak bersahabat serta sulitnya menyesuaikan makanan. Soalnya, separuh lebih dari mereka yang berasal dari Buton itu beragama Islam. Mereka minta bantuan pemerintah untuk mengembalikan mereka ke kampungnya. Pulang ke Jakarta mula-mula Herlina minta bantuan seorang pejabat untuk mengurus masalah ini.

Tapi tunggu punya tunggu, sang teman tak memberi kabar. Akhirnya, ia urus sendiri ke Deplu. Atas bantuan Deplu 6 September 1989, Herlina mencarter kapal Corona dari Sorong untuk menjemput para nelayan tadi dari Palau. Dengan kapal seperti itu perjalanan Palau-Sorong bisa ditempuh dalam empat hari. Herlina sudah memberi uang panjar Rp 2,5 juta untuk sewa kapal pulang-pergi ke Palau yang Rp 7,5 juta itu.

Tapi 10 September 1989, keluar kawat dari Depdagri yang menunjuk Bupati Sorong untuk menjemput para nelayan itu. Dan bupati itu sudah bersiap-siap untuk menjemput mereka dengan Corona, yang sebenarnya sudah dicarter Herlina. Upaya Herlina untuk mempertanyakan kenapa bukan dia yang ditunjuk untuk menjemput para nelayan itu, sesuai dengan keputusan Deplu sebelumnya, sia-sia.

Dirjen PUOD Atar Sibero mengatakan bahwa pihaknya tak berwenang menunjuk Herlina dalam urusan pemulangan para nelayan itu.

"Tapi kami sudah menyetujui pemulangan para nelayan itu," katanya. Ternyata, kapal Corona juga gagal berangkat ke Palau setelah pihak kejaksaan setempat mendapat informasi bahwa kapal itu akan dimuati semen, kayu, besi, dan sejumlah TKI untuk dipekerjakan di Palau. Belum jelas tanggung jawab siapa usaha penyelundupan ini.

Akhirnya Herlina memutuskan untuk menjemput mereka dengan pesawat terbang via Manila. Dirjen Imigrasi Roni Sikap Sinuraya membantunya dengan meminta Atase Imigrasi Indonesia di Davao, Filipina, menyiapkan surat-surat yang diperlukan, sehingga tak ada halangan bagi 26 nelayan ini ketika nanti transit di Manila.

TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

23 hari lalu

Solihin GP dan Presiden Soeharto (Dok. Facebook/Sejarah Sunda)
Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.


Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

23 hari lalu

Susi Pudjiastuti berbincang dengan mantan Gubernur dan sesepuh Jawa Barat Solihin GP atau Mang Ihin saat penganugerahan Doktor Kehormatan untuk Jusuf Kalla di Bandung, Senin, 13 Januari 2020. Mang Ihin juga disebut sebagai
Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.


Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

23 hari lalu

Susi Pudjiastuti meluapkan rasa rindunya pada mantan Gubernur dan sesepuh Jawa Barat Solihin GP atau Mang Ihin saat penganugerahan Doktor Kehormatan untuk Jusuf Kalla di Bandung, Senin, 13 Januari 2020. Mang Ihin menjadi Gubernur Jawa Barat pada tahun 1970-1975. TEMPO/Prima Mulia
Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.


Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Ignas Kleden. TEMPO/Subekti
Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.


Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

28 Desember 2023

Masyarakat Adat Suku Sentani dan seluruh masyarakat Kampung Harapan di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua melakukan prosesi tangisan meratap (hela-hili) di depan Gedung Stadion Lukas Enembe dan Gereja GKI Filadelfia di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis, 28 Desember 2023. ANTARA/Agustina Estevani Janggo
Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.


Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

3 Desember 2023

Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Doni Monardo menerima silaturahmi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Soedjatmiko, Wadan Paspampres Brigjen TNI (Mar) Oni Junianto, beserta jajaran di Aula Soerjadi, Gedung PPAD Jalan Matraman Jakarta Timur Selasa 24 Januari 2023. Foto Istimewa
Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

Doni Monardo menjabat sebagai Ketua Umum PPAD atau Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat untuk periode 2021-2026.


Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

3 Desember 2023

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Doni Monardo melakukan donor plasma konvalesen setelah 17 hari dinyatakan sembuh dari Covid-19. Foto: BNPB
Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

Doni Monardo jatuh sakit dan menjalani proses perawatan intensif di rumah sakit sejak 22 September 2023.


Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait Berpulang

26 Agustus 2023

Arist Merdeka Sirait. Instagram
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait Berpulang

Arist Merdeka Sirait meninggal dalam usia 63 tahun pada pukul 08.30 WIB di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.


Profil Luis Suarez, Legenda Barcelona dan Inter Milan yang Meninggal dalam Usia 88 Tahun

10 Juli 2023

Luis Suarez. Wikipedia
Profil Luis Suarez, Legenda Barcelona dan Inter Milan yang Meninggal dalam Usia 88 Tahun

Luis Suarez merupakan pesepak bola yang aktif di era 50 hingga 70-an dan pernah menyabet Ballon d'Or, pernah memperkuat Barcelona dan Inter Milan.


Eks Jubir Polri Brigjen Asep Adi Saputra Wafat Saat Ikuti Kuliah Lemhanas

7 Juni 2023

Kabagpenum Div Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra memberikan keterangan dalam rilis pengungkapan kasus peretasan laman website Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta, Senin, 13 Januari 2020. Dari tangan tersangka, polisi menyita barang bukti sejumlah laptop, telepon genggam, dan KTP. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Eks Jubir Polri Brigjen Asep Adi Saputra Wafat Saat Ikuti Kuliah Lemhanas

Asep mengemban jabatan Wakil Ketua Bidakademik STIK Lemdiklat Polri sejak 3 Agustus 2020.