TEMPO.CO, Banjarmasin - Pelaksana tugas Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan Antonius Simbolon mendorong para lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) lebih berkontribusi dalam membangun daerah. Antonius berujar, para LGBT yang tergabung dalam Ikatan Waria Banua Banjarmasin Transgender Solidarity sudah berkecimpung di sektor usaha kecantikan.
“Secara sosial, mereka bisa memperbaiki kualitas kehidupannya. Mereka bisa diarahkan ke hal-hal yang positif. Mereka kan juga manusia yang punya hak,” kata Antonius dalam keterangan tertulis seusai pengukuhan kepengurusan IWB Banjaraty periode 2017-2020, Selasa malam, 17 Januari 2017.
Antonius berkomitmen melatih dan memberikan pembekalan kompetensi kepada LGBT di tengah arus globalisasi. Menurut dia, pengakuan terhadap hak-hak LGBT sudah cukup baik di Kalimantan Selatan. Itu sebabnya, Antonius melihat ada kemungkinan para waria menjadi instruktur kecantikan, asalkan bisa melebihi standar pengujian. “Jadi ada kesetaraan gender dan hak,” ucapnya.
Baca juga:
Mengaku Justin Bieber, Pria Ini Kumpulkan Foto Porno
Desy Ratnasari Maju Pilgub Jabar, Didukung PAN
Ketua IWB Banjaraty Suzan membenarkan bahwa pemerintah daerah sudah memberikan dukungan kepada gerakan para waria, seperti pelatihan usaha salon. Selain aktif di ranah bisnis kecantikan, Suzan menggerakkan 500-an anggota IWB Banjaraty untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Ia bertekad menghapus stigma miring bahwa waria adalah biang penularan HIV/AIDS di tengah masyarakat.
“Jangan sampai kami disisihkan masyarakat. Kami terus melakukan sosialisasi kepada teman-teman. Kadang tiga bulan sekali tes HIV/AIDS. Biasanya, masyarakat menyebut kami sebagai penyebar AIDS,” tutur Suzan.
Ia mengklaim anggota IWB Banjaraty se-Banjarmasin sebanyak 375 orang dan se-Kalimantan Selatan 500 orang lebih. “Kami ajak kalau ada teman-teman di pinggir jalan.”
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia (KPAI) Provinsi Kalimantan Selatan Mursalin menemukan bukti kelompok transgender berisiko tinggi tertular HIV/AIDS di Kalimantan Selatan. KPAI mencatat, angka prevalensi pengidap HIV/AIDS pada 2002-2016 sebanyak 1.563 jiwa. Dari angka itu, KPAI menemukan 10 persen kelompok transgender mengidap HIV/AIDS.
Baca juga:
Kamis Esok, Ditjen Pajak Kembali Panggil Manajemen Google
Jepang dan Tiga Negara Bersaing di Kereta Jakara-Surabaya
Adapun waria mengambil porsi 5 persen sebagai pengidap HIV/AIDS di Kalimantan Selatan. Mursalin berujar, tingginya risiko ini akibat waria kerap menjadi pemuas hubungan seksual sesama jenis. “Seks lelaki dengan lelaki atau gay waria seks lelaki ini paling rentan,” kata Mursalin.
Karena itu, KPAI terus melakukan pemberdayaan sekaligus merangkul para waria untuk ikut menekan penyebaran HIV/AIDS. KPAI juga melakukan tes HIV/AIDS berkala dalam tiga bulan sekali demi menekan penyebaran HIV/AIDS. “Angka 5 persen itu cukup tinggi. Kalau kami periksa seratus orang, ditemukan lima orang terkena HIV/AIDS. Cukup tinggi dibanding pekerja seks,” tutur Mursalin.
DIANANTA P. SUMEDI