TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Kementerian Lingkungan Negara Jepang (Ministry of Environment Japan/MoEJ) melakukan kerja sama pengelolaan sampah menjadi sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan teknologi lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, 17 Januari 2017, pembahasan pemanfaatan teknologi PLTSa tersebut dilakukan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bersama Menteri Lingkungan Jepang Tadahiko Ito.
Berita terkait: 60 Tahun Hubungan RI-Jepang, Fokus Soal Lingkungan Hidup
Menteri LHK menyampaikan bahwa kerja sama PLTSa ini selain sebagai salah satu solusi dalam mengatasi limbah sampah, juga diharapkan dapat sebagai alat edukasi bagi masyarakat dalam penanganan sampah dan pemanfaatan sampah. Edukasi publik yang dimaksud yaitu bagaimana cara mengurangi, memilah dan mengolah sampah.
Dalam kerjasama PLTSa ini, menurut dia, akan dirumuskan pedoman teknis, model bisnis, model investasi, kerangka regulasi dan materi edukasi publik. Kerjasama ini juga sangat penting untuk didukung semua pemangku kepentingan seperti Pemda, swasta, dan masyarakat.
PLTSa telah dikenal sebagai teknologi unggul dari Jepang dalam pengolahan limbah sampah menjadi energi.
Baca juga: Korea Investasi Pengelolaan Sampah Senilai Rp1,5 Triliun
Selama ini implementasi pemanfaatan energi dari sampah masih menemui kendala, yaitu belum adanya teknologi yang signifikan terkait pemanfaatan energi dari sampah.
Sementara itu, menurut dia, kondisi limbah sampah di Indonesia sudah sangat memprihatinkan, sebanyak lebih dari 64 juta ton sampah dihasilkan per tahunnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu cara untuk mengurangi sampah dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat luas, yaitu sebagai sumber energi.
Antusiasme MoEJ dalama melaksanakan kerjasama ini sangat baik. Menteri Lingkungan Jepang mengatakan Pemerintahnya akan memberikan dukungan penuh terkait penyusunan pedoman PLTSa, pembuatan model PLTSa, peningkatan kapasitas dan bantuan tim supervisi yang melibatkan tenaga dari Jepang.
Lihat juga: Nilai Investasi Pengolahan Sampah di Jakarta Hampir Rp 3 T
Sebagaimana kota Surabaya yang telah menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah, maka target selanjutnya dalam pengelolaan sampah diharapkan dapat dijalankan untuk kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Tangerang, Makassar dan Manado, ujar dia.
Pertemuan ini dihadiri perwakilan dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia Masahiro Takahata, perwakilan JICA Genohiro Tsukada, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Nur Masripatin, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Karliyansah, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (B3) KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri.
Baca pula: Pembangkit Listrik Sampah-Pemda Minta Penyesuaian Harga Beli
Dalam pertemuan juga diusulkan kerjasama terkait pengelolaan sampah di wilayah pantai dan laut, karena Indonesia termasuk negara penghasil sampah pantai terbesar. Pengelolaan sampah laut saat ini telah diaplikasikan di beberapa wilayah secara sporadis, antara lain di Kepulauan Seribu, Sulawesi Utara, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam waktu dekat Indonesia akan merayakan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari 2017, dan dalam waktu bersamaan pula, Indonesia ditunjuk sebagai lokasi Global Cleansing Champion Country oleh UNEP. Berbagai kegiatan di bulan Februari yang akan dilaksanakan terkait HPSN, yaitu kampanye, workshop dan aksi peduli sampah.
ANTARA
Baca juga:
Jokowi Mau Jadi Pelanggannya, Ini Kata Tukang Cukur di Bogor
Sidang Ahok, Hakim Pertanyakan Kejanggalan Laporan Saksi