TEMPO.CO, Subang – Angka kemiskinan di Provinsi Jawa Barat saat ini masih terbilang tinggi. “Angkanya 9 persen dari total penduduk Jabar sebanyak 47 juta orang,” kata Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar kepada awak media di Subang, Kamis, 12 Januari 2017.
Buat mengentaskan angka kemiskinan tersebut, menurut Deddy, solusi paling jitu adalah menciptakan sumber daya manusia yang unggul. “Setiap tahun, kami menciptakan 20 ribu pengusaha baru,” ujarnya.
Ia mengaku agak kesulitan mengubah pola pikir penduduk produktif di daerahnya. Sebab, selama ini mereka dan para orang tua mereka selalu berpikir jika sudah keluar sekolah atau kuliah bisa langsung bekerja di pabrik-pabrik atau pegawai negeri—kini disebut aparat sipil negara (ASN).
Deddy menegaskan, keberhasilan mengubah mindset tersebut otomatis akan mengubah pola pikir usia produktif tersebut menjadi pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja baru.
”Dalam mindset mereka yang baru akan berpegang teguh bahwa menjadi buruh pabrik itu harus menjadi pilihan yang terakhir,” Deddy menegaskan.
Kecuali melakukan upaya menciptakan pengusaha muda baru, pihaknya juga melakukan pengasuhan anak-anak telantar dan yatim-piatu untuk anak-anak dari nol tahun sampai 18 tahun.
”Saat ini, jumlahnya mencapai 350 orang,” tuturnya. Kecuali mendapatkan pengasuhan mereka juga disekolahkan dan berikan fasilitas pendidikan lainnya. Mereka kini ditampung di Balai Perlindungan Sosial Asuhan Anak Pagaden, Ciumbuleuit, Bandung; Cibalagung, Bogor; dan Garut.
Kepala BPS2A Pagaden Muhamad Nizar mengatakan anak asuhnya kini berjumlah 80 orang.
”Mereka berasal dari keluarga telantar dan yatim-piatu,” ujarnya. Selama dalam pengasuhan, anak-anak tersebut mendapatkan fasilitas penginapan, makan, pakaian sekolah, dan biaya sekolah secara gratis. “Anggaran tersebut semuanya berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat,” ujarnya. BPS2A pimpinannya kini sudah terakreditasi A.
NANANG SUTISNA
Baca juga:
Wasekjen MUI Ditolak, Hari Ini Polisi di Pontianak Siaga