TEMPO.CO, Malang - Tanaman cabai varian gerandong asal Kediri, Jawa Timur, akan diteliti dan dilepaskan untuk varietas tanaman cabai nasional. Cabai gerandong diklaim memiliki berbagai keunggulan, seperti tahan hama, penyakit, dan tahan hujan.
”Tanamannya sehat, buah lebat, umurnya mencapai setahun,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono saat memanen cabai rawit di Desa Purworejo, Ngantang, Kabupaten Malang, Rabu, 11 Januari 2017.
Varietas gerandong merupakan varietas lokal di Kediri. Tanaman ini disebut memiliki keunggulan yang mengalahkan tanaman serupa berjenis hibrida. Penelitian tanaman atau bibit cabai unggul dilakukan untuk menghasilkan varietas untuk menggenjot produksi cabai rawit nasional. Terutama menghadapi musim hujan seperti sekarang. “Cuaca berpengaruh terhadap tanaman cabai, penyakit mudah menyerang,” kata Spudnik.
Ketua Kelompok Gemah Ripah Desa Purworejo, Yugiantoro, mengatakan selama ini petani menanam varietas Manu. Tanaman cabai varietas lokal ini juga rentan terhadap cuaca.
Dari total luas tanaman cabai seluas 360 hektare, sebagian tanaman terlihat rusak. Batang mengering dan dedaunan rontok. Dampaknya, tanaman cabai rusak dan kemudian mati. Untuk menanggulangi masalah itu, petani menggunakan pestisida hayati dan pupuk organik.
Setiap hektare tanaman cabai membutuhkan biaya sebesar Rp 90 juta. Dana itu digunakan untuk membeli bibit, pupuk, dan pestisida. Selain itu, digunakan untuk ongkos tanam, perawatan, dan panen, sehingga petani untung jika cabai minimal seharga Rp 10 ribu.
Rata-rata tanaman cabai dapat bertahan hingga setahun. Selama itu, petani bisa memanen hingga 60 kali. Rata-rata produksi cabai rawat per hektare mencapai 15 ton.
EKO WIDIANTO