TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, Presiden Joko Widodo tak hanya dikunjungi parlemen Korea Selatan. Duta Besar Amerika Serikat Joseph R. Donovan juga berkunjung ke Istana Kepresidenan untuk menyerahkan Surat Kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh. Dalam kesempatan itu, Joseph memanfaatkan pertemuan tersebut untuk membahas kerja sama yang terjalin antara Amerika Serikat dan Indonesia selama ini.
"Banyak hal dibicarakan, dari Presiden Joko Widodo sudah menghubungi Donald Trump hingga komitmen Amerika Serikat untuk meneruskan comprehensive partnership," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi setelah menemani Presiden Joko Widodo menerima para duta besar, Kamis, 12 Januari 2017.
Baca juga:
Tren Menurun, Jokowi Minta Korsel Dorong Investasi di RI
Hadi Tjahjanto Benarkan Akan Dilantik Jadi KSAU Besok
Dari sekian banyak hal yang dibicarakan dengan Joseph, kata Retno, tidak ada hal tentang anti-terorisme. Retno menjelaskan, masalah terorisme tak sempat dibahas karena waktu yang terbatas.
Menurut Retno, Presiden Jokowi dan Joseph hanya memiliki waktu bicara sekitar lima menit. Karena itu, masalah terorisme tidak sempat dibahas. "Tapi saya akan menindaklanjuti hal itu karena saya memang akan menemui Duta Besar," ucap Retno.
Ditanya apakah kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk dalam pemberantasan terorisme, ke depan bakal terpengaruh setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, Retno menjawab belum tahu. Lagi pula, kata dia, belum diketahui apa saja kebijakan luar negeri Trump.
"Untuk saat ini, kita hanya bisa pegang ucapan Amerika Serikat bahwa mereka berkomitmen menjaga dan melanjutkan kemitraan komprehensifnya (dalam berbagai hal) dengan Indonesia," kata Retno.
Perihal terorisme di Indonesia dan Amerika Serikat, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menetapkan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Indonesia sebagai organisasi terorisme berbahaya. Adapun dua figur yang menjadi sorotan adalah Bahrun Naim dan Aman Abdurrahman. Keduanya diduga menjadi dalang Bom Sarinah awal 2016.
ISTMAN M.P.