TEMPO.CO, Sampit - Populasi satwa khas Kalimantan bekantan (Nasalis larvatus) di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, makin terancam karena masih maraknya perburuan dan kerusakan hutan.
”Perburuan bekantan masih terjadi. Berdasarkan informasi yang kami dapat, bekantan diburu bukan untuk diperdagangkan, melainkan untuk dipelihara dan ada juga yang untuk dikonsumsi, tapi kami belum pernah menemukan kasus ini secara langsung,” kata Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, Muriansyah, di Sampit, Rabu, 11 Januari 2017.
Baca Juga:
Simak juga: Puluhan Bekantan Diduga Terpanggang di Hutan Kalimantan
Pada Selasa sore, 10 Januari 2017, BKSDA Sampit mengevakuasi dan melepaskan seekor bekantan ke Desa Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau. Bekantan berusia sekitar 10 tahun itu hanyut di dekat Pelabuhan Sampit dan diselamatkan penduduk. Kondisi bekantan terlihat lemas karena kelelahan menyeberangi Sungai Mentaya.
Pada pertengahan November 2016, masyarakat juga menyelamatkan bekantan yang hanyut di Sungai Mentaya. Satwa dilindungi itu diduga hanyut ketika hendak menyisir anak sungai mencari lokasi baru karena mulai kesulitan mendapatkan ruang tinggal di habitat aslinya.
Baca Juga:
Makin menipisnya hutan akibat alih fungsi, pembalakan liar, ataupun kebakaran membuat habitat satwa turut rusak. Akibatnya, hewan seperti bekantan, orang utan, beruang, dan satwa lainnya makin sering muncul di kawasan permukiman penduduk karena kelaparan dan mencari makan.
Bekantan biasa hidup di hutan-hutan yang dekat dengan sungai. Satwa dengan ciri khas fisik memiliki hidung panjang dan besar itu cenderung pemalu, tapi bisa berubah ganas ketika merasa terancam.
Baca juga: Aurel Hermansyah Marahi Pemburu Bekantan di Twitter
”Populasi bekantan di Kotawaringin Timur diperkirakan berada di Kecamatan Pulau Hanaut, Seranau, Telawang, dan Mentaya Hulu. Kami tidak berani memprediksi berapa jumlahnya, tapi yang jelas satwa ini dilindungi karena terancam punah,” kata Muriansyah.
Masyarakat diminta turut melindungi satwa yang hampir punah itu. Muriansyah memuji kepedulian masyarakat yang dengan sukarela menyelamatkan bekantan yang hanyut di sungai dan membantu melepaskannya kembali ke hutan.
Sementara itu, kemunculan bekantan di Kotawaringin Timur mengagetkan penduduk karena satwa itu lebih banyak ditemukan dan menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan.
Lihat juga: Monyet Ini Memamah Biak seperti Sapi
”Pas lihat fotonya, saya kira itu foto patung bekantan di Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Ternyata itu bekantan hidup. Saya baru tahu di daerah kita juga ada bekantan,” kata Intan, salah seorang warga Sampit.
Intan mendukung pelestarian satwa langka dan keseimbangan ekosistem dan berharap pemerintah lebih serius menyelamatkan flora dan fauna, khususnya yang terancam punah.
ANTARA