TEMPO.CO, Bengkulu - Kelangkaan berbagai jenis ikan laut terjadi di Kota Bengkulu. Hal ini disebabkan cuaca ekstrem yang melanda daerah itu, pada beberapa hari belakangan.
Menurut Irwansyah Siregar, salah seorang pedagang ikan di Pasar Panorama Kota Bengkulu, pasokan ikan dari nelayan turun drastis, jika ada pun hanya jenis ikan kecil. "Hampir sebulan pasokan ikan menurun, dan beberapa hari belakang semakin parah sehingga kita terpaksa membeli ikan dari luar Bengkulu," kata Irwansyah, saat ditemui, Kamis 5 Januari 2017.
Irwansyah mengatakan, ikan laut yang ada saat ini sebagian besar dari Jakarta. Meskipun harganya relatif lebih tinggi dari biasanya, mereka terpaksa beli.
Kelangkaan ini, kata Irwansyah, mengakibatkan harga ikan di pasar melonjak tajam, terutama untuk ikan-ikan besar kualitas kelas satu seperti Ikan Tenggiri dan ikan Kuwe.
Kenaikan harga di tingkat pedagang di antaranya ikan Tinggiri dari Rp 40.000 menjadi Rp 55.000/kg, ikan Kuwe dari Rp 45.000 menjadi Rp 60.000/kg, ikan dencis dari Rp 20.000 menjadi Rp 35.000/kg, Ikan Tuna dari 20.000/kg menjadi Rp 35.000/kg dan Tongkol dari 20.000 menjadi Rp 35.000/ kg.
Kenaikan harga ikan ini terjadi karena permintaan dari masyarakat terhadap barang tersebut, tidak seimbang dengan stok yang ada di pedagang setempat.
"Saya berharap cuaca di Bengkulu segera normal di Bengkulu, sehingga nelayan kembali melaut, dan harga kembali normal karena kenaikan harga ini mempengaruhi pendapatan para pedagang," kata Irwansyah.
Sementara itu Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas III BMKG Fatmawati Soekarno Bengkulu, Pebri Surgiansyah, mengatakan angin kencang di pesisir Barat Bengkulu berlangsung sejak beberapa hari lalu dan diprediksi akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Sehingga pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini agar masyarakat mewaspadai angin kencang tersebut. Tak hanya itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi dengan maksimum 2,5 meter hingga 5,0 meter di perairan Bengkulu hingga Pulau Enggano, di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara serta di Samudera Hindia.
"Angin kencang dikarenakan adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Daya Sumatera,'' kata Pebri.
Ia menjelaskan pusat tekanan rendah tersebut mengakibatkan adanya belokan angin di Pesisir Barat Sumatera Barat dan Bengkulu. Sehingga memicu terjadinya angin kencang dan pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah tersebut.
Sementara itu, kata dia, kecepatan angin di lima kabupaten/kota mencapai 40 kilometer per jam. Lima kabupaten/kota itu, Kota Bengkulu, Kabupaten Mukomuko, Seluma, Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.
''Kita menghimbau masyarakat Bengkulu khususnya yang berada di wilayah pesisir barat Bengkulu untuk waspada terhadap angin kencang serta tinggi gelombang,'' katanya kemudian.
PHESI ESTER JULIKAWATI