TEMPO.CO, Solo - Koordinator Masyarakat Indonesia Anti Hoax Solo Raya, Niken Satyawati, mengatakan berita bohong alias hoax diproduksi dengan sangat cepat. Motif utama pembuat hoax adalah persoalan ekonomi.
Caranya adalah mengejar jumlah “klik” agar mendulang iklan. "Kabar bohong ini bermula dari situs-situs yang didesain mirip dengan situs berita," kata Niken saat dihubungi Senin 26 Desember 2016 lalu.
Baca juga:
Tak Hanya Politik Nasional, Berita Hoax Sasar Daerah
Jokowi Perintahkan Aparat Tindak Tegas Penyebar Hoax
Modus lainnya adalah dengan mengunggah foto yang sudah melalui proses editing untuk mengajak masyarakat menekan tombol like. "Semakin banyak mendapat 'like' dan komentar, akun itu semakin potensial untuk dijual," katanya.
Di penghujung Agustus 2016 lalu, pada tengah hari, suara dentuman keras terdengar di langit Kota Solo, Jawa Tengah. Suara serupa terdengar di daerah sekelilingnya, speerti Sukoharjo, Wonogiri hingga daerah perbatasan Jawa Timur.
Sejam kemudian, di media sosial muncul informasi mengenai jatuhnya pesawat Hercules di Matesih, Karanganyar, lengkap dengan foto pesawat yang terbakar. Tim dari kepolisian, militer hingga regu penyelamat menyisir di daerah lereng Gunung Lawu itu. Tapi, hasilnya nihil.
Belakangan, muncul pernyataan dari instansi yang berwenang bahwa suara itu merupakan sonic boom, efek suara yang ditimbulkan dari pesawat dengan kecepatan supersonic. Suara itu muncul dari pesawat tempur yang tengah berpatroli.
Hal serupa juga terjadi saat sejumlah wilayah di Solo dilanda banjir di awal Desember. Informasi berantai menyebutkan bahwa ada bagian dari Waduk Gajah Mungkur yang jebol. Informasi bohong yang dilengkapi dengan foto-foto itu sempat membuat masyarakat hilir Bengawan Solo panik.
Untuk mencegah semakin masifnya kabar bohong atau hoax, para kader muda Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Tengah mendeklarasikan Cyber Aswaja. "Cyber Aswaja Jawa Tengah dideklarasikan untuk memerangi arus radikalime dan terorisme di dunia maya," kata koordinator Tim Ansor Cyber Media Regional Jawa Tengah, Sholahudin, Ahad, 1 Januari 2017.
Konten Cyber Aswaja nantinya berisi pencerahan tentang agama serta tidak mengajarkan kekerasan dalam hal kebangsaan dan agama. Pemikiran dengan prinsip Internet sehat dan kesadaran akan literasi digital juga menjadi modal dalam mengurangi berita bohong atau hoax yang cepat tersebar. "Wajib adanya sindikasi media antara satu dan yang lain untuk membangun kekuatan networking,” ucap Sholahudin.
ROFIUDDIN | AHMAD RAFIQ