TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam menolak kehadiran Rizieq Shihab di Medan. Menurut koordinatornya, Swangro Lumbanbatu, GMKI menolak kehadiran Rizieq ke Medan karena khawatir pernyataan yang disampaikan Rizieq disalahartikan sebagian masyarakat dan dapat memicu terjadinya perpecahan dan konflik sosial di tengah masyarakat.
"Karena itu, pihak Kepolisian Sumatera Utara harus bertindak tegas dalam perizinan kegiatan yang akan diadakan Habib Rizieq Shihab dan rombongan. GMKI juga mengajak semua pihak bergotong-royong membangun daerah dengan selalu berpegang teguh kepada UUD 1945 dan ideologi Pancasila," kata Swangro.
Dari jadwal yang disampaikan ketua panitia tablig akbar yang juga Ketua Gerakan Anti Penodaan Agama Islam (GAPAI) Sumatera Utara Rabualam Syaputera kepada Tempo, acara tablig akbar Rizieq seharusnya di Lapangan Benteng.
"Namun panitia tidak diberi izin karena ada acara apel sistem pengamanan kota. Karena itu, acara kami pindahkan ke Masjid Agung," kata Rabualam.
Acara tablig akbar di Masjid Agung Medan ini bertema "Konsolidasi Nasional Spirit 212 Menyongsong Kebangkitan Islam". Lebih dari seribu jamaah di Medan dan sekitarnya memadati masjid mulai pagi meski acara baru dimulai pukul 12.45.
Nasyid dan pembacaan Qiroatil Quran menjadi acara pembuka sebelum doa dan zikir bersama. Selanjutnya, Ustadz Heriansyah, KH M. Al Khatthat, Abdlu Latief Khan, KH Abdur Rasyid, dan KH Zaiutun Rasmin bergantian menyampaikan tausiah.
Sedangkan Rizieq memberi tausiah pukul 16.30 yang sebelumnya disambut dengan lantunan salawat oleh para jamaah. Dalam pidatonya, Rizieq menjelaskan tentang tujuan aksi 411 dan 212 yang berlangsung beberapa waktu lalu.
"Aksi 411 dan 212 bukanlah aksi melawan agama lain atau melawan golongan etnis tertentu atau melawan. Namun aksi itu adalah aksi melawan orang yang sudah memfitnah agama Islam," ujar Rizieq.
Menurut Rizieq, aksi yang telah dilakukan adalah suatu sikap yang berlandaskan keimanan kepada Allah untuk membela Islam. Sebab, menurutnya, Ahok telah melakukan tindakan yang sangat menyinggung hati umat Islam. Karena itu, kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan upaya memupuk semangat dan menjaga spirit aksi 212.
Di akhir tausiahnya, Rizieq sempat menanyakan kepada jamaah jika Ahok nantinya dibebaskan. Dengan serempak, jamaah menuntut melakukan revolusi. “Revolusi, revolusi, revolusi,” teriak para jamaah.
Tablig akbar ini terselenggara atas hasil kerja sama GNPF MUI dan Gerakan Anti Penistaan Agama Islam (GAPAI) Sumatera Utara. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang kedua kalinya setelah yang pertama dilangsungkan di Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan. Rencananya, kegiatan ini akan dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
SAHAT SIMATUPANG | IIL ASKAR MONDZA