TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menyampaikan bahwa perjuangannya untuk terlepas dari kasus hukum yang menjeratnya masih panjang. "Jadi saya harapkan tetap berjuang untuk satu putaran," kata Ahok di posko pemenangan Ahok-Djarot, Jalan Lembang, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Desember 2016.
Ahok meminta kepada para pendukungnya untuk memenangkannya satu putaran bersama Djarot Saiful Hidayat, dalam pemilihan kepala daerah DKI 2017, agar mempermalukan orang-orang yang selama ini menyudutkannya.
Menurut dia, putusan yang dijatuhkan pengadilan akan memakan waktu. Ahok menuturkan, dia akan selalu duduk di kursi pesakitan setiap Selasa, hari dilaksanakannya persidangan. Namun, calon gubernur inkumben itu menganggap kursi yang didudukinya adalah singgasana. Sebab, dia merasa akan lebih malu dan sedih jika duduk sebagai terdakwa korupsi. "Ini mah saya anggap pahlawan demokrasi," ujar Ahok.
Di sisi lain, kasus penodaan agama yang menjeratnya kini juga tidak memungkinkan dia menjabat sebagai gubernur aktif. Ia seharusnya kembali memimpin Ibu Kota pada 12 Februari 2017 atau saat cuti kampanye berakhir. Namun, statusnya akan dinonaktifkan dan digantikan Djarot sebagai pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta.
Kondisi serupa juga akan terjadi bila Ahok dan Djarot kembali terpilih. Namun, Ahok meyakini Djarot mampu menjalankan perannya dibandingkan para pesaingnya lantaran pengalamannya sebagai Wali Kota Blitar terpilih selama dua periode. Selain itu, meski nonaktif, dia masih tetap bisa memberikan masukan dan berkoordinasi. "Djarot lebih baik dari nomor satu dan tiga," tutur Ahok.
FRISKI RIANA