TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta serta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai Kepolisian Daerah Jawa Barat tak serius dalam menangani kasus tewasnya Asep Sunandar yang ditembak mati dengan 12 tembakan.
LBH dan Kontras menyatakan hingga saat ini kepolisian belum juga menyampaikan hasil perkembangan perkara. “Terbukti, peristiwa sudah empat bulan prosesnya tidak maju-maju. Ada ketidakseriusan dari proses penyelidikan,” ujar Staf Divisi Hak Sipil Politik Kontras, Arif Nur Fikri, di kantor LBH Jakarta, Selasa, 20 Desember 2016.
Pengacara publik LBH, Bunga Siagian, mengatakan, sejak autopsi dilakukan terhadap jenazah pada 13 November 2016, hasil autopsi belum juga diberikan kepada pihak keluarga ataupun kuasa hukum korban.
Selain itu, menurut LBH dan Kontras, pihak keluarga Asep baru menerima satu buah Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) pada 11 Oktober 2016. SP2HP tersebut hanya menyebutkan nama-nama penyidik yang ditunjuk untuk melakukan penyidikan. Selebihnya hasil perkembangan perkara tak disebutkan.
Menurut Arif, SP2HP seharusnya dikeluarkan dalam setiap perkembangan proses penyidikan karena SP2HP memiliki fungsi mekanisme kontrol pelapor terhadap perkembangan kasusnya.
Terkait dengan lambannya proses penyidikan kasus tewasnya Asep, Bunga mengatakan LBH dan Kontras akan terus mendesak kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus tersebut dan penyidik segera mengeluarkan hasil autopsi Asep. “Kami mendesak kepolisian untuk segera menetapkan pelaku. Karena keluarga merasa resah dan intimidasi terus ada,” ujar Bunga.
Sebelumnya, pada September 2016, Asep, yang disebut-sebut sebagai ketua geng motor Cianjur, tewas ditembak polisi. Terdapat 12 luka tembakan pada jenazah Asep.
Mengenai tewasnya Asep, Polsek Cianjur menyatakan ada baku tembak pada saat penangkapan Asep. Oleh kepolisian, Asep dinyatakan sebagai buron sejak 2014. Asep dituduh telah melakukan penganiayaan sadistis terhadap salah seorang santri pondok pesantren di Cianjur.
LBH dan Kontras menilai terdapat banyak kejanggalan dalam kematian Asep tersebut. Selain kejanggalan, keluarga korban mengaku mendapat intimidasi dari pihak kepolisian.
DENIS RIANTIZA | EZ
Baca:
Jatuhnya Hercules, Mayor Marlon Sang Inspirator Keluarga
INVESTIGASI: 5 Fakultas Kedokteran Baru Jadi Sorotan
Duta Besar Rusia untuk Turki Tewas Ditembak