TEMPO.CO, Indramayu – Intensitas hujan sepanjang tahun 2016 tinggi membuat produksi bawang merah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menurun. Petani bawang merah harus menanggung kerugian yang cukup besar.
Nurkholis, petani bawang merah asal Kecamatan Patrol, Selasa 20 Desember 2016, mengaku rugi besar akibat hujan terus menerus. “Tahun ini kami rugi besar,” katanya. Menurutnya, hasil panennya turun hingga 60 persen dari kondisi normal. Pria ini menjelaskan, menanam bawang merah di lahan seluas seperempat bau (1 bau = 0,75 hektare) ia biasanya bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 2,5 ton. Tapi kali ini hasil panennya hanya mencapai satu ton.
Tidak hanya itu, bawang merah yang dipanennya berukuran kecil-kecil. Ini dikarenakan hujan banyak turun di saat tanaman bawang merah justru sedang dalam masa pembuahan. Kondisi ini diperparah dengan harga bawang merah yang saat ini justru sedang turun. “Saat ini harga bawang merah di tingkat petani hanya Rp 12 ribu/kg,” kata Nurkholis.
Padahal sebelumnya harga bawang merah di tingkat petani bisa mencapai Rp 30 ribu/kg. Nurkholis mengaku dia telah mengeluarkan uang hingga Rp 25 juta untuk modal tanam. Namun hasil yang diperolehnya justru hanya Rp 12 juta. Hal yang sama diungkapkan petani bawang merah lainnya asal Desa Karangwangun, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Wasirudin. “Tingginya intensitas hujan membuat produksi dan kualitas bawang merah justru turun,” kata Wasirudin. Panen itu terjadi November lalu.
Dijelaskan Wasirudin, saat intensitas hujan tinggi, tanaman bawang merah terancam banjir. Karenanya petani terpaksa melakukan panen dini demi menyelamatkan bawang merah dari kegagalan panen. Namun dampaknya, kualitas bawang merah yang dihasilkan justru rendah. “Harga nya juga ikut rendah,” kata Wasirudin.
Untuk bawang merah kering hanya dihargai Rp 20 ribu/kg dan bawang merah basah yang baru potong dari sawah dihargai Rp 15 ribu/kg. *
IVANSYAH