TEMPO.CO, Pidie Jaya - Selasa malam, 6 Desember 2016, adalah hari menentukan bagi Aris, 28 tahun. Ia sejak lama menjadi remaja Masjid Quba, Pangwa, Kecamatan Tringgadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Sekitar pukul 22.00, ia merasakan badannya demam. Rencana bermalam di salah satu kamar di masjid urung dilakukan. Aris memilih kembali ke rumah.
Subuh, Rabu, 7 Desember, gempa 6,5 skala Richter melanda Pidie Jaya, Pidie, dan Kabupaten Bireuen. Di rumahnya, Aris baru bangun lantaran guncangan keras. Saat lindu berhenti, ia mengambil wudu untuk melaksanakan salat subuh.
Di luar telah riuh, rumah tetangga runtuh. Bagaimana dengan masjid? Ketika Aris sampai di sana, ia melihat masjid telah runtuh. Kamar tempat tidurnya yang selama ini ia gunakan sudah tertutup bangunan atasnya.
"Astagfirullah…," ucapnya sambil mengelus dada. Pikirannya terulang ke pukul 22.00 malam sebelumnya. Nyaris ia menghabiskan malam di sana. Lantaran badannya terasa demam, akhirnya ia memutuskan tidur di rumah. “Ini hikmahnya,” katanya saat bercerita kepada Tempo di tenda darurat Masjid Quba, Ahad, 11 Desember.
Aris menambahkan, Masjid Quba juga digunakan Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Pidie Jaya, yang lokasinya terpaut 100 meter di belakang bangunan tersebut. Biasanya para santri MUQ selalu menggelar pengajian sebelum azan subuh. Para santri lelaki di asrama sering tidur di masjid ini.
“Namun saat itu santri tidak tidur di masjid dan warga pengguna jalan juga tidak singgah beristirahat di dalam masjid, yang biasanya selalu ada,” tutur Aris.
Ustad Akmal, seorang pengurus MUQ Pidie Jaya, bercerita, gempa terjadi saat 138 santri pendidikan itu sedang mengambil wudu di asrama. “Kami lari lewat sawah untuk ke bukit seberang, biasanya anak-anak jam segitu sudah di masjid,” kata Ustad Akmal.
Dua santri MUQ Pidie Jaya mengalami patah tulang saat menyelamatkan diri, sementara puluhan lainnya luka ringan. Secara keseluruhan, berdasarkan data posko utama Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, Senin, 12 Desember 2016, akibat gempa, jumlah masjid yang rusak sebanyak 61 unit, 94 meunasah (surau), kerusakan fisik rumah 11.668 unit, ruko 161 unit, kantor pemerintah 10 unit, dan fasilitas pendidikan 16 unit.
Dari 101 orang yang meninggal, 94 korban sudah diidentifikasi. Sedangkan dari 666 korban luka-luka, 134 luka berat dan 532 luka ringan.
IMRAN M.A.