TEMPO.CO, Bogor - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kerja sama antarpondok pesantren bisa menjadi upaya untuk mencegah berkembangnya paham radikal atau terorisme. Kerja sama itu bisa berupa sistem maupun kelembagaan.
"Masalah terorisme itu kan banyak sebabnya. Tidak hanya pesantren, tapi pikiran-pikiran radikal itu dapat diluruskan," kata Kalla setelah membuka Halaqah Ulama ASEAN 2016, Selasa, 13 Desember 2016, di Hotel Salak, Bogor, Jawa Barat.
Kalla mengatakan, melalui pesantren, ide-ide tentang Islam moderat saling menghormati keberagaman. JK berharap hasil pertemuan ulama ini bisa diimplementasikan, bukan hanya menjadi pertemuan yang membahas ide-ide. Implementasi kerja sama itu, kata Kalla, bisa berupa kerja sama sistem maupun kelembagaan.
Halaqah Ulama ASEAN digelar Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama sejak 2010. Halaqah 2016 mengambil tema "Mengembangkan Islam Moderat melalui Jaringan Pesantren". Pertemuan ini dihadiri sekitar 120 orang yang terdiri dari pesantren ASEAN, ulama di lingkungan pesantren, akademikus, birokrasi, anggota parlemen, perwakilan mahasiswa asing di Indonesia dan tokoh masyarakat yang terkait pendidikan agama dan keagamaan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Islam moderat yang menjadi salah satu khasanah keagamaan di negara ASEAN harus dikembangkan. Pendidikan Islam yang mengajarkan paham moderat dan keberhasilan membangun inklusifitas antaragama dan negara seperti di Indonesia saat ini dianggap punya peluang menjadi salah satu pusat rujukan kajian Islam selain di negara-negara Timur Tengah.
"Intelektualisme Islam Indonesia sejak dahulu bahkan sampai saat ini tetap memelihara hubungan yang baik dengan pusat-pusat studi Islam di Timur-Tengah tersebut," kata Lukman.
AMIRULLAH