TEMPO.CO, Bandung - Hingga hari ketiga, gempa di Pidie Jaya, Aceh, telah menghasilkan 66 gempa susulan. Gempa susulan terbanyak dirasakan pada Rabu, 7 Desember 2016, hingga 45 kali, kemudian menyusut 14 kali pada Kamis, kemudian 7 gempa susulan hingga Jumat sore, 9 Desember 2016.
"Gempa susulan terbaru ada yang berkekuatan magnitudo 4,9," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sabtu, 10 Desember 2016.
Daryono menjelaskan, gempa susulan secara alamiah memang harus terjadi karena merupakan proses penyempurnaan pelepasan energi tegangan batuan pascadeformasi saat terjadi gempa utama. "Melihat tren magnitudo gempa susulan ini tampak frekuensi dan besaran magnitudonya tampak terus mengecil," ujarnya.
Sedangkan dari Aceh, Tim Tanggap Darurat Badan Geologi melaporkan kerusakan yang terjadi pada bangunan umumnya diakibatkan oleh struktur bangunan yang kurang baik sehingga banyak bangunan rusak berat. "Sebagian besar bangunan yang rubuh dan menelan korban jiwa, disebabkan oleh struktur bangunan yang tidak memenuhi kaidah struktur bangunan yang aman," ujar Kepala Badan Geologi Ego Syahrial lewat keterangan tertulis, Sabtu, 10 Desember.
Ego mengatakan timnya mendapatkan banyak bukti adanya ground faulting (surface rapture), yaitu patahan atau sesar yang muncul ke permukaan dan berorientasi utara-selatan. Tim juga menemukan adanya likuifaksi (pelulukan) yang mengakibatkan sebagian bangunan ambles ke dalam tanah. "Temuan lainnya berupa beberapa rekahan tanah dan pergeseran beberapa jembatan (amblesan)," katanya.
Mulai hari ini, Tim Air Tanah Badan Geologi akan bergabung dengan Tim Tanggap Darurat, untuk melakukan pemboran tanah untuk air bersih bagi kebutuhan penduduk dan pengungsi yang sangat mendesak.
ANWAR SISWADI