TEMPO.CO, Ternate - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Babullah, Ternate, memprediksi wilayah Provinsi Maluku Utara bakal dilanda cuaca buruk berupa hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang. Cuaca buruk itu akan berlangsung dalam sepekan ini.
Koordinator BMKG Stasiun Meteorologi Babullah, Ternate, Sulimin, menjelaskan, cuaca buruk terjadi di sembilan kabupaten dan kota di Maluku Utara. “Masyarakat diminta berhati-hati dalam melakukan aktivitas,” katanya kepada Tempo, Jumat, 9 Desember 2016.
Menurut Sulimin, sembilan daerah yang akan mengalami cuaca buruk adalah Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Tidore, dan Kota Ternate. BMKG sudah menyampaikan informasi itu kepada pemerintah daerah dan operator kapal penyeberangan.
Sulimin menjelaskan, cuaca buruk ini berpotensi terjadi banjir bandang dan tanah longsor. Tinggi gelombang di perairan Maluku Utara diprediksi mencapai 1,25-2,5 meter. "Masyarakat yang melakukan penyeberangan, terutama di laut Halmahera bagian selatan dan utara, harus berhati-hati," ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku Utara Ridwan Samad menjelaskan, berdasarkan peta bencana, setidaknya terdapat enam wilayah yang rawan bencana alam. Enam wilayah itu adalah Ternate, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Halmahera Utara, dan Morotai.
“BPBD Maluku Utara telah menyiagakan tim tanggap darurat bencana guna melakukan antisipasi secara dini dampak bencana,” ucap Ridwan. Ridwan menjelaskan, tim tanggap darurat bencana saat ini juga sedang menangani dampak banjir bandang yang melanda lima desa di Pulau Obi.
Sebelumnya, Ridwan mengatakan, sedikitnya 1.400 rumah penduduk rusak akibat banjir di Pulau Obi. Bangunan milik pemerintah yang juga rusak sebanyak delapan unit, terdiri atas gedung sekolah, puskesmas, dan kantor kepolisian sektor.
Selain itu, ratusan hektare lahan pertanian milik warga tertimbun lumpur. Sebanyak sebelas ekor sapi mati terseret banjir. Sejumlah infrastruktur lainnya juga mengalami kerusakan, seperti jalan dan jembatan.
Ridwan mengatakan banjir juga menyebabkan aktivitas pemerintah dan kegiatan ekonomi terganggu. Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan bahkan memutuskan untuk meliburkan sekolah sementara waktu. “Kita tunggu sampai kondisi kembali normal,” ujarnya.
Ridwan mengungkapkan jumlah kerugian akibat banjir di Pulau Obi, yang terjadi Senin, 5 Desember 2016, diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.
BUDHY NURGIANTO