TEMPO.CO, Jombang - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membawa empat mobil dan satu motor mewah hasil sitaan yang dititipkan di kantor Kepolisian Resor Jombang, Kamis, 8 Desember 2016. Mobil dan motor tersebut milik keluarga pasangan suami istri Bupati Nganjuk Taufiqurrahman dan Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang Ita Triwibawati.
Empat mobil tersebut yakni Jeep Wrangler bernomor polisi B 99 FIQ, Toyota Innova seri terbaru bernomor polisi S 1106 YZ, Smart ForTwo bernomor polisi B 1485 WKI, dan Volkswagen (VW) Beetle bernomor polisi S 989 XI. Sedangkan motor yang disita BMW R1200GS bernomor polisi B 4873 BGX. Mobil dan motor ini disita dari rumah pribadi sekaligus kompleks kantor perusahaan keluarga Taufiqurrahman dan Ita di Jalan Raya Mojosongo 99 Desa Diwek, Kecamatan Diwek, Jombang.
Mobil Jeep Wrangler, Toyota Innova, dan Smart ForTwo masing-masing ditumpangi dua petugas KPK. Sedangkan mobil VW Beetle dinaiki satu petugas KPK. Sedangkan satu unit motor diangkut dengan mobil pikap. Petugas KPK tak menjelaskan apakah mobil dan motor sitaan itu langsung dibawa ke gedung KPK di Jakarta atau tidak. Bahkan informasi yang beredar di kepolisian menyebutkan mobil dan motor sitaan tersebut dibawa ke Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) di Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Jombang Ajun Komisaris Herio Romadhona Chaniago membenarkan pengambilan mobil dan motor sitaan titipan KPK. “Total ada lima kendaraan, empat kendaraan roda empat dan satu kendaraan roda dua yang dititipkan dan sudah diambil,” kata dia. Herio tak tahu apakah mobil dan motor tersebut langsung dibawa ke gedung KPK di Jakarta atau ke tempat lain. “Saya tidak tahu, itu wewenang KPK,” ujar Herio.
Mobil dan motor mewah tersebut merupakan bagian dari barang bukti KPK dalam penyidikan kasus korupsi yang melibatkan pasangan Taufiqurrahman-Ita Triwibawati. Keduanya memiliki perusahaan dan sejumlah kelompok usaha yang sering memenangkan lelang dan mengerjakan proyek pembangunan fisik di Nganjuk dan Jombang selama tahun 2008-2016. Belum diketahui proyek apa saja yang terindikasi korupsi sehingga disidik KPK. Status Taufiqurrahman sudah tersangka, sedangkan Ita masih saksi.
Sebelumnya, menurut Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief, komisi antikorupsi mencium indikasi bahwa Taufiq menerima gratifikasi selama periode 2009-2015. Dalam kurun tersebut, isi rekening bank Taufiq melonjak fantastis. "Setelah menjabat bupati, uangnya naik 200 persen, tapi tentu tak semua terkait tindak pidana," ujar Syarief pertengahan November lalu.. Saldo rekening Taufiq tercatat pernah menyentuh angka Rp 30 miliar. Taufiq terpilih sebagai Bupati Nganjuk selama dua periode, 2008-2013 dan 2013- hingga sekarang.
Tim KPK juga menemukan rekening jumbo atas nama istri Taufiq, Ita Triwibawati. Pundi-pundi Ita, bahkan lebih besar. Nilainya mencapai Rp 80 miliar. Duit menumpuk di tiga rekening. Untuk menelusuri dana yang keluar-masuk rekening Taufiq dan istrinya, KPK meminta bantuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Berdasarkan penelusuran tim KPK, Taufiq memiliki sekitar 10 perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas dan firma. Salah satunya PT Sinar Abadi Citra Sarana. Perusahaan milik politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini kebanyakan menggunakan nama anaknya. Ada pula yang diurus karyawan sekaligus keluarganya. "Kebanyakan atas nama orang kepercayaan dia," kata sumber tersebut.
Perusahaan-perusahaan itu langganan mendapat proyek yang dibiayai APBD Jawa Timur untuk pengerjaan di Kabupaten Jombang maupun Kabupaten Nganjuk. Proyeknya memang tidak berskala besar. Misalnya pemeliharaan sejumlah ruas jalan dan jembatan di Jombang dan Nganjuk. Tapi jumlah proyeknya banyak.
Perusahaan Taufiq, berdasarkan pelacakan tim pemeriksa, sering mendominasi lelang proyek tambal-menambal jalan itu. "Mereka hanya sesekali memberi kesempatan perusahaan lain," ujar seorang pemeriksa. Tapi perusahaan lain itu harus membeli aspal panas (hotmix) ke perusahaan Taufiq. "Kayak dimonopoli."
Saat dikonfirmasi sekitar akhir November lalu, Ita enggan berkomentar banyak. “Saya sebagai apa, kok ditanya soal itu?," kata Ita seusai rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jombang. *
ISHOMUDDIN (JOMBANG) | LINDA TRIANITA