TEMPO.CO, Denpasar - Tur diskusi bertajuk #Munir Adalah Kita: Kisah Para Pembela HAM di Indonesia digelar di Denpasar, Bali. Denpasar menjadi kota ke-15 tur ini. Dalam acara itu, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar bersama Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) I Wayan "Gendo" Suardana menjadi pembicara.
Selain membahas perkembangan kasus Munir, Haris menyampaikan dukungannya terhadap gerakan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa. Ia mengatakan solidaritas rakyat Bali menolak reklamasi juga memaknai perjuangan membela hak asasi manusia (HAM).
"Saya kagum dengan ForBALI. Harapan saya bisa for Indonesia. Ini bukan soal gengsi, tapi ini soal menyelamatkan kehidupan," ucapnya saat diskusi di Taman Baca Kesiman (TBK), Minggu, 4 Desember 2016.
Menurut dia, dari kasus Munir, ada banyak hal yang bisa direnungkan dari perjuangan di Tanah Air. Haris berujar, di Indonesia, ada banyak orang yang bekerja seperti Munir tapi dengan mudah dikriminalkan.
Maka, ia menuturkan, ForBALI adalah semacam wadah untuk menjawab semua keresahan publik. "Reklamasi atau isu perusakan lingkungan adalah investasi dengan konstruksi ideologi yang kacau untuk menyingkirkan masyarakat," katanya.
Adapun Gendo mengingatkan semua pengunjung yang hadir bahwa memaknai kematian Munir jangan hanya sekadar berempati yang berhenti sebagai keprihatinan semata. Kepergian Munir, ucap dia, harus dimaknai sebagai sebuah gerakan perjuangan yang nyata.
"Cara semesta bekerja untuk menyemai semangat perlawanan. ForBALI adalah upaya kita membangun jejaring yang kuat melawan kekuasaan modal," ujarnya.
Gendo menjelaskan, sejak gerakan menolak reklamasi membesar pada 2013, ForBALI dihantui kriminalisasi yang berkisar sepuluh kasus. "Kita harus membangkitkan keberanian. Siapa pun yang dikriminalkan, kita harus sama-sama membangun solidaritas," tuturnya.
BRAM SETIAWAN