TEMPO.CO, Kupang - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Muhammad Riyadi, mengatakan gempa tektonik yang mengguncang hampir seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk klasifikasi gempa bumi kuat. Gempa berkekuatan 6,4 SR itu terjadi Senin pagi, 5 Desember 2016, pukul 08.13 WIB.
Meski begitu, gempa bumi hiposentrum dalam (deep focus earthquake) tidak berpotensi merusak, juga tidak berpotensi menimbulkan tsunami. “Masyarakat pesisir di seluruh wilayah NTT diimbau agar tetap tenang,” kata Riyadi melalui rilis yang diterima Tempo dari BMKG Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin, 5 Desember.
Riyadi menjelaskan, hasil analisis pendahuluan yang dikeluarkan BMKG pada lima menit pertama menunjukkan gempa ini berkekuatan M= 6,4. Setelah dilakukan pemutakhiran (update) berdasarkan analisis final, diperoleh parameter gempa bumi dengan kekuatan M= 6,1.
Adapun episentrum terletak pada koordinat 7,38 Lintang Selatan dan 123,43 Bujur Timur. Tepatnya di Laut Flores, pada jarak 193 kilometer arah timur laut Kota Maumere dengan kedalaman 517 kilometer. “Sehingga wajar dengan kedalaman ini guncangan gempa bumi tersebar dalam wilayah sangat luas hampir di seluruh NTT,” kata Riyadi.
Peta tingkat guncangan menunjukkan dampak gempa berupa guncangan dirasakan di Wetar, Alor, Lomblen, Maumere, Ende, dan Sika pada skala intensitas II SIG BMKG atau III MMI. “Banyak warga di daerah tersebut terkejut akibat guncangan gempa bumi ini, tetapi hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempa bumi,” kata Riyadi.
Secara tektonik, zona bawah Laut Flores merupakan zona pertemuan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri karena di wilayah ini Lempeng Indo-Australia menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga 600 kilometer.
Gempa bumi dalam dengan hiposentrum di atas 300 kilometer di Laut Flores merupakan fenomena menarik, karena sangat jarang terjadi.
Jika ditinjau mekanisme sumbernya yang berupa oblique turun (kombinasi sesar turun dan mendatar dengan dominasi pergerakan turun), tampak bahwa aktivitas yang terjadi sangat mungkin masih dipengaruhi gaya tarikan lempeng ke bawah.
Dalam hal ini gaya tarikan lempeng ke bawah (slab pull) yang lebih dominan karena pada kedalaman Zona Transisi Mantel bagian bawah terjadi ketidakseimbangan gaya yang dipengaruhi gaya apung lempeng (slab bouyancy) dan dominasi ada pada gaya menarik lempeng ke bawah.
“Aktifnya deep focus earthquake di Laut Flores ini menjadi petunjuk bagi kita semua bahwa proses subduksi lempeng dalam di utara NTT hingga kini masih berlangsung,” kata Riyadi.
YOHANES SEO