TEMPO.CO, Mojokerto - Beberapa bagian atap dan plafon kompleks Makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, jebol akibat angin ribut pada Jumat, 2 Desember 2016. “Waktu itu, memang ada dua rombongan dari Madiun dan Blitar yang sedang berziarah dan berdoa,” ucap penjaga Makam Troloyo, Rifa’i.
Atap berupa genting dan plafon berbahan kayu triplek itu menimpa beberapa pengunjung yang sedang berziarah dan berdoa di makam Waliyulloh Syekh Djumadil Kubro tersebut. Setidaknya tujuh peziarah mengalami luka ringan dan sempat dirawat di RSI Sakinah, Kota Mojokerto, dan Puskesmas Trowulan.
Rifa’i mengatakan atap kompleks makam ulama penyebar Islam zaman Kerajaan Majapahit itu memang tengah dalam renovasi. “Sempat terdengar gemuruh angin dan suara benda jatuh,” ujarnya.
Pengelola makam dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga sudah memasang spanduk pemberitahuan bahwa atap makam sedang direnovasi. Renovasi atap makam sudah berlangsung sebulan terakhir.
Peristiwa ini mendapatkan perhatian dari kepolisian setempat. Kepolisian juga memasang garis polisi dan sementara melarang peziarah masuk bangunan makam karena masih rawan.
Kompleks Makam Troloyo memiliki luas sekitar 3 hektare. Ada beberapa titik lokasi makam, baik makam ulama dari Asia dan Timur Tengah penyebar agama Islam zaman Kerajaan Majapahit maupun makam bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Islam.
Syekh Djumadil Kubro merupakan tokoh utama yang menyebarkan agama Islam di masyarakat dan bangsawan Majapahit. Makamnya berada di bangunan utama kompleks Makam Troloyo. Dari Syekh Djumadil Kubro, lahir generasi kedua Wali Sanga, penyebar agama Islam di Jawa.
Syekh Djumadil Kubro adalah kakek Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) serta buyut Sunan Bonang, Sunan Drajad, dan Sunan Kudus. Maka tak heran Makam Troloyo selalu menjadi tujuan wisata religi di Pulau Jawa.
ISHOMUDDIN