Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Flores, Timor, dan Toleransi Beragama pada Menu Hajatan  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Siti Asiyah (kanan) bersama anaknya, Pastor Robertus B Asiyanto (ketiga kanan bawah) di Ledalero, Maumere, 10 Oktober 2015. katolikkita.com
Siti Asiyah (kanan) bersama anaknya, Pastor Robertus B Asiyanto (ketiga kanan bawah) di Ledalero, Maumere, 10 Oktober 2015. katolikkita.com
Iklan

TEMPO.CO, Ende - Orang Flores bertoleransi agama salah satunya dengan cara sederhana, dalam sajian makan. Mayoritas orang Flores beragama Katolik. Pada saat yang sama, kebanyakan orang Flores yang Katolik memiliki saudara dalam satu pohon keluarga, atau bahkan keluarga dekat yang beragama Islam. Paling tidak, mereka punya tetangga yang beragama Islam.

Suku sama, adat juga sama, tapi agama beda. Meski begitu, mereka saling menghormati. Dan yang paling sederhana bagaimana mereka bertoleransi dalam urusan makan. Dalam tradisi masyarakat Flores, ketika mereka punya hajatan, hampir pasti mereka menyembelih babi. Tentu, muslim yang taat menghindari makanan yang mengandung babi karena umat Islam meyakini babi haram. Namun, tetamu muslim tak perlu khawatir. Si empunya hajat hampir pasti menyediakan dari jenis daging hewan yang tak haram. Biasanya sapi, kerbau, atau kambing.

Didakus Wungubelen, warga Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mengatakan, menyediakan makanan halal bagi  tetamunya yang muslim dalam pesta hajatan, merupakan bagian dari menjaga persaudaraan. Didakus penganut Katolik, dan ia menyatakan memiliki saudara dan tetangga yang muslim. “Ketika saya punya hajat, saya menyembelih babi, dan juga menyembelih sapi. Penyembelihnya dan yang memasak sapi adalah saudara dan tetangga yang muslim,” kata Didakus, Kamis 13 Oktober 2016. Ia bekerja di jasa persewaan mobil di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.

Menurut Didakus, meski telah menjadi kebiasaan dalam tradisi Flores berpesta dengan menyembelih babi, tak ada kewajiban warga Flores yang muslim untuk menyembelihnya. Warga Flores muslim yang punya hajat cukup menyembelih sapi, kerbau, atau kambing yang memang halal. “Kami memahami keyakinan saudara-saudara saya yang muslim,” kata Didakus.

Beruntung, alam Flores mendukung untuk menjaga adat dan toleransi dalam hidangan di meja makan.  Berkeliling ke desa-desa di Sikka, dan Kabupaten Ende misalnya, banyak sapi yang dipelihara penduduk dengan cara dilepas di ladang. Biar tidak lepas jauh dari pengawasan pemilik, biasanya sapi, kerbau, atau kambing induk ditambatkan di satu lokasi, dan yang lainnya akan beredar mencari pakan tak jauh dari situ. Terik dan hujan, ternak ini mereka biarkan hidup di alam terbuka.

Cara orang Flores memelihara sapi dan kerbau mirip dengan di daerah lain di Nusa Tenggara Timur, dilepas di ladang, tidak dikandangkan. Ada yang dilepas liar dengan cara sapi induk ditambatkan. Ada juga yang dilepas-liar tanpa tali sama sekali. Ini beda dengan kebanyakan orang Jawa yang memelihara ternak sapi dan kerbau dengan cara dikandangkan. Sehingga, di peternak harus “repot” mencari rumput atau pakan lainnya.

Babi dan sapi
Cara tak repot beternak di Flores bisa dilihat pada Kepala Desa Tanali, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Dominggus Gema Galgani. Pria 46 tahun ini mengatakan bagi orang Flores, menghormati keyakinan saudara yang lain, terutama muslim, telah terinternalisasi ke masing-masing orang. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, tanpa harus berdebat atau berisik tentang akidah. “Banyak saudara-saudara kami yang muslim, orang Flores asli,” katanya.

Dominggus telah dua periode menjadi kepala desa. Seorang anaknya berkuliah di Yogyakarta dan belum lama diwisuda. Seorang lagi sekolah di Kota Ende. Perlu setidaknya tiga jam perjalanan mobil dari desa itu ke jantung kota Ende. Tak jauh dari rumahnya, rencana akan dibangun rumah sakit pratama milik pemerintah Kabupaten Ende.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia tinggal di rumah sederhana. Seperti halnya kebanyakan orang desa di Flores, aset mereka umumnya berupa kebun dan binatang ternak.  Dominggus memiliki 20 sapi dan 50 babi yang hidup lepas di ladang. Jadi, kata Dominggus berkelakar, kalau punya hajat tinggal menyembelih ternak piaraan sendiri. “Tinggal mengambil sapi dan babi dari ladang lalu disembelih buat kami hidangkan ke saudara-saudara kami,” kata Dominggus.


Di Kupang, pada Minggu 16 Oktober 2016 berlangsung pesta pertunangan perempuan berlatar belakang suku Tionghoa Kupang dengan pria Jawa asal Yogyakarta. Pertunangan sepasang calon pengantin Katolik ini berlangsung di Restoran Oriental Kupang. Setelah upacara ringkas dan berdoa dengan tata cara Katolik, pembawa acara mempersilakan makan tetamu.

Ia memberi petunjuk makanan di meja makan yang ada di pojok depan merupakan makanan yang mengandung babi. Sedangkan di meja makan lain yang ada di pojok dekat pintu keluar, terhidang makanan yang tidak mengandung babi. “Yang tidak halal enak, yang halal juga enak bersertifikat halal,” kata pembawa acara.

Calon pengantin pria menjelaskan, banyak kerabat dan teman calon mertuanya yang muslim. Semua tamu harus dihormati. Itulah sebabnya, keluarga calon pengantin perempuan menghidangkan makanan halal. “Semua enak, coba saja semua,” kata calon pengantin pria. Ia bercanda pada temannya yang muslim.

Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur mencatat, memelihara sapi, kerbau, babi, kambing, dan ayam kampung telah menjadi tradisi sejak lama. Pemerintah Hindia Belanda memasukkan sapi Madura ke Pulau Flores, dan sapi Bali ke Pulau Timor pada tahun 1912. Peternakan sapi ini untuk memperkuat ekonomis masyarakat. Dalam catatan pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1915 jumlah sapi yang masuk ke Nusa Tenggara Timur sebanyak 234 ekor.

Pemerintah Hindia Belanda juga memasukkan 608 ekor sapi jenis Ongole dari India ke Pulau Sumba pada tahun 2014. Sapi ini untuk dikembangkan di Sumba, dan selanjutnya sebagian diangkut ke Jawa untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan. Kini, sapi ini dikenal dengan sebutan Sapi Ongole Sumba. Setelah merdeka, pada dekade 1970-an, pemerintah Orde Baru memasukkan sapi jenis Brahman dari Australia.  Selain itu, pemerintah juga mendatangkan kuda dari Australia untuk diternakkan di Nusa Tenggara Timur.

SUNUDYANTORO (ENDE)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

14 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.


Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

31 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara dalam Sidang ke-55 Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, pada Senin 26 Februari 2024. ANTARA/HO-akun X @Menlu_RI
Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.


Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.


Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Wali Kota Tangerang Selatan bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan meresmikan dua Markas Koramil, Selasa 30 Mei 2023. Foto TEMPO/Muhammad Iqbal
Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.


Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.


Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Menikmati pemandangan indah di pinggir danau venue dayung, Jakabaring Sport City. Disini pengunjung dapat pula olahraga jogging sore sembari ngabuburit. TEMPO/Parliza Hendrawan
Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.


Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berfoto bersama dengan pengurus BEM PTNU Se-Nusantara di Jakarta, Rabu (15/2/23).
Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.


Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.
Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.


Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr. Drs. Karjono, S.H., M.Hum menghadiri Pengukuhan Pengurus Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu, (16/11).
Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.


Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

28 Oktober 2022

Sejarah Pertama di SMAK St. Fransiskus, Siswi Muslim Menjadi Ketua OSIS. Instagram/smakstfransiskusrutengntt
Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

Aprilia Inka Prasasti terpilih sebagai ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng Nusa Tenggara Timur.