TEMPO.CO, Jakarta - Sudah menjadi kebiasaan Presiden Joko Widodo mengajak tamunya berbincang di beranda Istana Merdeka, Jakarta. Menghadap ke arah utara, hanya ada empat buah sofa dan satu meja yang mengisi area beranda. Tepat didepannya berdiri tegak pagar hidup berupa tanaman setinggi satu meter.
Hanya tamu selevel kepala negara saja yang biasanya diajak berbincang Jokowi di beranda belakang Istana Merdeka. Momen perbincangan terakhir kali di beranda ialah antara Presiden Jokowi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sehari sebelum unjuk rasa 4 November lalu.
Kamis siang, 17 November 2016, giliran Prabowo Subianto yang diajak ngobrol Jokowi di beranda Istana Merdeka. Bila melihat proses kedatangan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya itu ke Istana Merdeka sekilas tak beda seperti menyambut kehadiran kepala negara asing. Bedanya hanya minus prosesi atau upacara kenegaraan saja.
Setelah berbincang selama beberapa menit di beranda, Jokowi lantas meminta kepada awak media yang sudah menunggu di lapangan untuk lebih mendekat. Prabowo mengatakan kedatangannya ke Istana Merdeka merupakan kunjungan balasan. "(Suatu) Kehormatan beliau datang ke Hambalang. Kali ini saya yang datang (ke Istana Merdeka)," ucapnya di Jakarta, Kamis, 17 November 2016.
Meski jam makan siang telah lewat, Prabowo tiba pukul 13.40 WIB, ia menyambut baik ajakan makan dari tuan rumah. "Kalau di Hambalang (makan siang) nasi goreng, di sini ikan bakar," kata Prabowo yang disambut tawa ringan Jokowi.
Ada enam pertanyaan yang terlontar, sebagian besar mengarah ke Prabowo. Dari hasil pertemuan yang berjalan selama satu jam, ia mengatakan ada kesamaan pandangan dengan Presiden Jokowi. Kesamaan itu menyangkut semangat menjaga kesatuan negara dan Pancasila.
Sebagai pemimpin partai politik, Prabowo berkewajiban menjaga kesatuan dan ketenangan bangsa. Menurut dia, di mata negara lain Indonesia mempunyai daya tarik yang tinggi karena kekayaan dan kemajemukannya. Tak aneh jika Indonesia menjadi incaran bagi kekuatan besar di dunia. "Setiap pemimpin wajib jaga persatuan dan kesejukan. Apapun perselisihan diselesaikan dengan damai," kata purnawirawan jenderal bintang tiga itu.
Presiden Jokowi pun sependapat dengan Prabowo. Keduanya telah berkomitmen menjaga kemajemukan Indonesia. "Kami tidak menginginkan perpecahan gara-gara politik. Sangat mahal harganya bagi Indonesia," ucap presiden.
Di sisi lain, Jokowi juga ingin terus menjaga silaturahim dengan Prabowo. Ia berharap budaya silaturahim bisa menular hingga ke level paling bawah.
Pada Senin, 31 Oktober lalu Presiden Jokowi mengunjungi kediaman Prabowo di kawasan Hambalang, Bogor. Pertemuannya berjalan santai, bahkan Jokowi sempat menjajal menaiki kuda peliharan Prabowo.
Di Istana, tak ada hal yang ikonik--seperti saat Jokowi menaiki kuda milik Prabowo sambil mengenakan topi koboi--untuk mengakhiri pertemuan dua tokoh besar itu. Dengan ditemani Sekretaris Negara Pratikno, Prabowo meninggalkan Istana Merdeka dengan menaiki mobil golf.
ADITYA BUDIMAN