TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengaku dia tidak mempermasalahkan penolakan sekelompok orang setiap dia melakukan blusukan. Kedatangannya ke warga diyakini Ahok bukan untuk mengajak warga memilihnya.
Ahok yakin yang menolaknya bukanlah masyarakat setempat. Namun ada sekelompok orang yang terus bergerak mengikuti ke mana pun dia berada. Selama beberapa kali blusukan sebelumnya, Ahok mengaku selalu mendapatkan respons positif, seperti bersalaman hingga berfoto bersama warga.
Menurut Ahok, pengerahan massa untuk menyerang orang lain bukanlah sikap orang yang beradab. Jika memang mau menghentikan langkahnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok mengajak massa penolaknya untuk membuktikan pada hari pemungutan suara, 15 Februari 2016. "Kenapa, sih, takut sama Ahok? Kalau kamu bagus, ya, kamu buktikan, dong, kamu satu putaran. Ahok kalah, ya, sudah. Kenapa mesti pakai cara barbar, pakai cara turun (ke jalan). Apalagi sekarang ada hoax di mana-mana," ujarnya di kediaman pribadinya di kompleks Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis malam, 11 November 2016.
Menurut Ahok, cara ‘berperang’ sudah berganti. Jika dulu mengerahkan ribuan orang yang siap mati untuk berperang, saat ini bisa lewat kertas suara. Semua ditentukan lewat pemilihan umum, bukan lagi lewat massa yang berunjuk rasa dan berbuat kericuhan. "Istilahnya, peluru digantikan suara. Dulu pakai peluru, sekarang kita ganti dengan kertas suara," ujar Ahok.
Ahok mengatakan tujuannya mendatangi warga bukan untuk meminta dukungan suara. Hal itu juga dilakukannya setiap kali berkampanye pada 2011. Ia tidak pernah menggunakan momen blusukan untuk meraup suara terbanyak.
Menurut Ahok, ia hanya menyampaikan visi dan misinya, seperti mengajak masyarakat memilih pemimpin yang bersih dan transparan. "Saya konsisten dari dulu karena ingin mengedukasi, kan," katanya.
Ahok bertanya kepada wartawan yang pernah meliput acara blusukan-nya. "Kami datangi warga bukan untuk minta suara, kok. Kamu kalau ikut saya, pernah enggak saya bilang 'pilih nomor dua, ya'. Pernah enggak saya ngomong gitu? Enggak pernah. Saya dari dulu kampanye gak pernah pakai cara begitu."
LARISSA HUDA