TEMPO.CO, Yogyakarta - Hujan deras dan angin kencang belakangan ini sering melanda Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk di sekitar Bandar Udara Adisutjipto yang berada di wilayah Sleman. Akibatnya, bandara internasional itu sering diberlakukan sistem buka-tutup. Jika hujan deras mengakibatkan pandangan pilot terbatas, sementara pesawat tidak bisa mendarat atau sebaliknya yang akan take-off mengalami delay.
Dalam tiga hari terakhir ini, setiap sore, bandar udara itu ditutup sementara untuk penerbangan, baik yang mau mendarat maupun terbang. Akibatnya, beberapa pesawat mengalami delay dan yang akan turun harus berputar-putar di angkasa menunggu perintah dari petugas Air Navigation.
Seperti hari ini, Kamis, 9 November 2019, bandara itu ditutup mulai pukul 15.12 hingga 16.15 WIB. Sebab, hujan sangat deras mengguyur kawasan yang masuk wilayah Kecamatan Depok itu. "Sementara Aerodrome closed," ucap Liza Anindya Rahmadia, juru bicara PT Angkasa Pura I Bandar Udara Adisutjipto, Kamis, 9 November 2016.
Dari pihak Air Navigation diinformasikan, pada 15.12 WIB, "Aerodrome closed due to visibility below". Notam aerodrome closed diperpanjang sampai pukul 16.15 WIB karena visibility (jarak pandang) masih belum membaik.
Tiga pesawat terbang yang harus berputar di atas langit saat bandara itu ditutup adalah Garuda GA253 dari Denpasar pukul 15.30, pesawat Wing Air IW1812 dari Bandung pukul 15.35, dan Garuda GA212 dari Cengkareng pukul 15.35.
Sedangkan pesawat yang masih berada di bandara saat masih ditutup adalah Garuda GA665 ke Balikpapan, Sriwijaya Air SJ230 ke Balikpapan, Air Asia XT8448 ke Denpasar, dan Garuda GA211 ke Cengkareng. "Setelah cuaca baik, bandara dibuka kembali," ujarnya.
Prinsipnya, tutur dia, sistem buka-tutup aerodrome yang dilakukan ini untuk keselamatan penerbangan, yaitu dengan mempertimbangkan jarak pandang yang memungkinkan untuk dilakukan pendaratan dan penerbangan.
Menurut Joko Budiono, Koordinator Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyatakan DIY sering mengalami hujan lebat, yaitu mencapai 81,4 milimeter per jam. Kecepatan angin bisa mencapai 25 kita 45 kilometer per jam jika sangat ekstrem. "Dari kondisi atmosfer terkini, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa hari mendatang berpotensi hujan lebat disertai kilat/petir. Angin kencang masih akan berpeluang muncul," tuturnya.
Masyarakat diimbau waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang, dan jalan licin. Selain itu, pengguna serta operator jasa transportasi udara dan laut, nelayan, serta masyarakat yang berlibur ke wilayah pesisir diimbau mewaspadai potensi gelombang laut tinggi dengan ketinggian 2,5-4,0 meter di perairan selatan Yogyakarta. "Untuk hari ini masih terjadi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang pada pukul 15.30 WIB di wilayah sebagian besar Sleman," katanya.
MUH SYAIFULLAH