TEMPO.CO, Bandung - Sepanjang 2016, bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi di Jawa Barat mencapai 87 kasus. Jumlah bencana itu sekitar 40 persen dari jumlah total kasus bencana tersebut di Indonesia. “Mayoritas terjadi di Jawa Barat,” kata Kepala Badan Geologi Ego Syahrial di Bandung, Kamis, 10 November 2016.
Menurut Ego, dalam kejadian bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jawa Barat sepanjang 2016 sampai November, tercatat 76 orang meninggal dunia, 28 orang korban luka, dan lebih dari 1.000 rumah rusak. “Curah hujan sesuai dengan info BMKG sampai akhir 2016 kondisinya di atas normal. Kondisi tersebut memicu atau rawan gerakan tanah,” ujarnya.
Kejadian tanah longsor tersebut, misalnya, terjadi di Kampung Neglasari dan Cipinaha, Desa Malatisuka, Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya. Peristiwa pada 23 September 2016 itu terjadi setelah hujan lebat sehingga muncul gerakan tanah berjenis nendatan. Dampaknya membuat enam rumah rusak berat, sepuluh rumah terancam, serta area perkebunan dan sawah seluas 5.350 hektare tertimbun tanah longsor.
Tanah longsor juga mengancam warga di perkampungan. Gerakan tanah pada 21 September 2016 berjenis longsoran bahan rombakan mengancam di sepasang jalur pipa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT Star Energy dan perkebunan. Lokasi lereng yang longsor berada di wilayah Kampung Cibitung RW 15, Desa Margarmukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Adapun kejadian banjir bandang terjadi di Garut pada September lalu.
Dari kumpulan data Badan Geologi tentang Prakiraan Wilayah Potensi Gerakan Tanah dan Banjir Bandung yang secara rutin diperbarui sebulan sekali, kecamatan di Jawa Barat umumnya berpotensi menengah-tinggi. Ego mengatakan, pihaknya mengirimkan data tersebut setiap bulan ke gubernur se-Indonesia sebagai acuan pemerintah untuk memberikan peringatan dini ke masyarakat.
ANWAR SISWADI