TEMPO.CO, Bandung - Wilayah selatan Banten dan Jawa Barat kembali diguncang gempa, Rabu, 9 November 2016, sekitar pukul 11.05. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kekuatan gempa sebesar 4,5 pada skala Richter. “Gempa ini tidak berpotensi tsunami,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, Rabu, 9 November 2016.
Berpusat di laut selatan, jaraknya sekitar 43 kilometer arah selatan Bayah, 90 kilometer arah barat daya Sukabumi. Kedalamannya 29 kilometer. Hasil analisis peta tingkat guncangan menunjukkan dampak guncangan pada skala intensitas II versi BMKG atau II MMI.
Guncangan dirasakan di beberapa kota di wilayah Banten dan Jawa Barat, seperti Cicatang, Bayah, Sawarna, Bantarkalapa, Ganesa, Pelabuhanratu, Cigombong, Ujunggenteng, Bantarpanjang, dan Cikaret. Orang-orang berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan sebagai akibat dampak gempa bumi.
Ini adalah gempa kedua dalam dua hari ini. Kemarin, Selasa pagi, Banten juga diguncang gempa dengan kekuatan 5,8 SR. Namun gempa hari ini berbeda lokasi dan penyebabnya dibanding gempa kemarin. Sumber gempa hari ini terletak pada koordinat 7,31 derajat Lintang Selatan dan 106,19 derajat Bujur Timur. “Tidak ada kaitan di antara kedua gempa itu.”
Menurut Daryono, sumber gempa yang terjadi kemarin berada di lempeng Samudra Hindia. Sedangkan yang terjadi hari ini bersumber di lempeng Eurasia.
Gempa di selatan Banten ini merupakan jenis gempa berkedalaman dangkal. Dari kedalaman hiposenternya, gempa disebabkan aktivitas sesar aktif di dasar laut.
Ada dugaan struktur Sesar Citarik, yang jalurnya dari darat dan terus ke Samudra Hindia, menjadi pembangkit gempa ini. Meski begitu, untuk memastikannya, kata Daryono, perlu dikaji lebih lanjut.
ANWAR SISWADI