TEMPO.CO, Tegal – Seorang siswa SMK Negeri 3 Kota Tegal, Aditya Rizki Fauzi, 15 tahun, terpaksa dilarikan ke rumah sakit, setelah dipukuli oleh kakak kelasnya.
Peristiwa penganiayaan itu terjadi pada Rabu pekan lalu. “Dibawah ke rumah sakit pada Kamis esok harinya,” Kata Kusmiyati, 39 tahun, ibu korban, Rabu, 9 November 2016.
Dia mengungkapkan, sebelum di bawa ke rumah sakit, anaknya mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Saat itu, Aditya mengaku baru saja dipukuli oleh kakak kelasnya saat pergantian jam pelajaran sekolah.
“Kejadiannya sekitar pukul 15.00 WIB. Anak saya dan teman-temannya disuruh baris lalu dipukuli oleh beberapa kakak kelas,” katanya.
Hingga Rabu, kondisi Aditya masih tampak lemah di rumah sakit. Bahkan, menurut Kusmiyati, anaknya sempat tidak bisa makan selama empat hari sejak pemukulan itu. Selama tidak bisa makan itu, Aditya dirawat di ruang ICU dan hanya mengandalkan asupan makanan dari cairan infus. “Senin baru sore baru bisa makan,” kata Kusmiyati.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK N 3 Kota Tegal, Bejo, membenarkan peristiwa pemukulan itu. Dia mengungkapkan, pemukulan itu dilakukan oleh sebanyak 20 anak kelas XI kepada sembilan siswa kelas X, termasuk Aditya.
“Siswa pelaku pemukulan sudah kami mintai keterangan,” kata dia.
Menurut Bejo, tradisi pukul memukul oleh senior kepada junior memang sudah terjadi bertahun-tahun di sekolah tersebut.
“Jadi semacam, untuk pembentukan mental dan fisik. Khususnya bagi siswa jurusan pelayaran. Karena ketika nanti bekerja di laut, harus memiliki mental dan tenaga yang kuat,” ujar Bejo.
Namun, kata dia, tradisi ini sudah berhenti sejak masa orientasi siswa (MOS) pada penerimaan peserta didik baru yang digelar tahun ini. Menurut dia, pelatihan fisik dan mental tetap dilakukan namun dengan cara yang lebih mendidik. Atas kejadian ini, pihak sekolah mengaku kecolongan.
Adapun terkait sanksi yang akan diberikan kepada pelaku pemukulan, pihak sekolah mengaku belum bisa memberikan tindakan yang tegas.
“Kalau memang terbukti melakukan, yang bersangkutan tentu harus mengundurkan diri. Tapi kami juga tidak bisa seenaknya mengeluarkan, karena belum tentu ketika mereka keluar sekolah kelakuannya akan lebih baik,” pungkas dia.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ