TEMPO.CO, Bandung - Kawasan Pagarsih, Kota Bandung, kembali dihantam luapan banjir bandang, Rabu sore, 9 November 2016. Banjir bandang menyebabkan dua unit mobil hanyut dan satu rumah rusak ringan akibat benteng yang ambrol diterjang air. Adapun satu mobil yang terbawa arus banjir masih belum ditemukan hingga berita ini dibuat.
Banjir bandang disebabkan meluapnya Sungai Citepus setelah wilayah Kota Bandung diguyur hujan selama kurang lebih 3 jam.
Wakil Kepala Kepolisian Sektor Astana Anyar Ajun Komisaris Polisi Udin Taryana mengatakan banjir mulai menerjang kawasan Jalan Pagarsih sejak pukul 16.30 WIB.
"Air dari Sungai Citepus meluap dan membanjiri Jalan Pagarsih. Banjir surut satu jam setelahnya," kata Udin kepada Tempo di lokasi banjir, Rabu, 9 November 2016.
Menurut Udin, banjir mengakibatkan satu mobil Toyota Avanza bernomor polisi D 1599 Q hanyut terbawa aliran sungai. Mobil tersebut terseret masuk sungai melewati pembatas antara sungai dan jalan. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Pengemudi mobil yang terbawa hanyut berhasil menyelamatkan diri sebelum mobilnya masuk ke sungai.
"Ada dua mobil yang hanyut, tapi yang Avanza belum ditemukan. Saat ini masih dicari," kata dia.
Berdasarkan pantauan Tempo, di sepanjang Jalan Pagarsih genangan air sudah tak terlihat. Arus lalu lintas kembali normal. Aliran listrik di sepanjang Jalan Pagarsih sempat dimatikan. Sementara itu, aliran Sungai Citepus yang tepat berada di sisi jalan Pagarsih masih mengalir deras.
Kawasan Pagarsih merupakan salah satu wilayah di Kota Bandung yang menjadi langganan banjir. Pada 24 Oktober 2016 lalu, banjir besar pun menerjang kawasan Pagarsih.
Pagi harinya sebelum banjir meluap, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengajak sejumlah warga untuk melakukan kerja bakti membersihkan aliran irigasi Sungai Citepus di kawasan Pagarsih yang dipenuhi sampah. Tepat sore harinya, sungai meluap dan membanjiri jalan Pagarsih.
Ketua RW 02, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana, Anyar Ceppy Setiawan mengatakan banjir sore tadi merupakan banjir paling besar selama ini. Ia mengatakan aliran Sungai Citepus meluber ke jalan sampai ketinggian satu meter dan merendam hampir 5 RW.
"Ini banjir paling parah. Upaya bersih-bersih yang dilakukan Wali Kota tadi pagi tidak berpengaruh," ujar Ceppy.
Ia mengatakan solusi untuk meminimalisir dampak banjir di Pagarsih adalah normalisasi Sungai Citepus dan sinergi antara Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kabupaten Bandung, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Warga udah capek sama banjir. Ini (banjir) penyebabnya di Kawasan Bandung Utara pembangunan sudah tidak terkendali. Harus ada koordinasi sesama pemangku kebijakan daerah," kata dia.
IQBAL T. LAZUARDI S