TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo akhirnya menjawab kritik Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tentang tindakannya sebelum dan selama demo 4 November 2016.
Jokowi dikritik lamban membangun komunikasi dengan organisasi Islam hingga menuding ada aktor politik di balik demo.
Jokowi menyebut kritik dari PBNU itu sebagai hal yang bagus. "Saya kira itu masukan bagus. Apa yang belum baik akan kami perbaiki dan apa yang belum bagus kami benahi," ujar Jokowi kepada awak media di kantor Muhammadiyah, Selasa, 8 November 2016.
Jokowi mengatakan, meskipun beberapa tindakan sudah diperhitungkan baik-baik, tetap ada kemungkinan langkah yang diambil itu salah.
"Saya kira, saya manusia biasa yang penuh dengan kesalahan, yang penuh dengan kekurangan," ujarnya menegaskan. "Harap dimaklumi dan dimaafkan."
Kritik PBNU disampaikan kepada Presiden Joko Widodo pada Senin, 7 November 2016. Kritik pertama terkait dengan ucapan Presiden Joko Widodo bahwa ada aktor politik di belakang demo 4 November lalu.
Menurut PBNU, tidak tepat menstigma aksi 4 November ditunggangi kelompok-kelompok tertentu. PBNU berkata, lebih bijaksana apabila Presiden Joko Widodo meminta peristiwa itu dipahami sebagai pelajaran.
Kritik kedua berkaitan dengan tudingan pemerintah bahwa kerusuhan pada demo 4 November dipicu oleh demonstran. Menurut PBNU, kerusuhan yang berlangsung pada pukul 18.00 itu ditengarai oleh kelompok-kelompok yang menyusup untuk merusak pemurnian dan niat suci dari demo 4 November.
Kritik terakhir, PBNU menilai Presiden Joko Widodo lamban membangun komunikasi politik dengan organisasi-organisasi Islam menjelang demo 4 November.
PBNU menyarankan agar Presiden Joko Widodo lebih intensif menjaga komunikasi dengan organisasi Islam agar tidak terjadi konflik agama lagi.
ISTMAN M.P.