TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menilai pengamanan demonstrasi 4 November 2016 oleh Polri seharusnya bisa lebih baik daripada apa yang terjadi. Menurut ia, ada kesilapan dari Polri perihal estimasi jumlah demonstran sehingga ada korban jatuh dalam unjuk rasa yang dilakukan Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNF-MUI).
"Perkiraan kalkulasi (jumlah demonstran) harus didetailkan lagi," ujar Presiden Joko Widodo saat membuka acara pengarahan terhadap Mabes Polri di gedung Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 8 November 2016.
Presiden Jokowi mengatakan, sebelum demo, diestimasikan jumlah demonstran akan berada di kisaran 18 ribu orang. Namun kenyataan di lapangan pada hari demonstrasi, angka itu naik menjadi 30 ribu lebih demonstran.
Hal itu membuat aparat kepolisian yang berjaga di sekitar Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, kewalahan. Sebab, jumlah aparat yang dikerahkan hanya 16 ribu, tak jauh dari angka estimasi jumlah demonstran, yaitu 18 ribu.
Presiden Joko Widodo tidak ingin hal itu terulang lagi pada masa mendatang. Ia berkata, estimasi yang mendekat akurat penting untuk persiapan penjagaan. "Angka-angka yang diterima dari intelijen itu penting," ujarnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyampaikan bahwa sejumlah aparatnya memang menjadi korban dalam demonstrasi 4 November lalu. Jumlah korban luka-luka adalah 18 orang. "Sebanyak 18 orang luka-luka karena bambu runcing salah satunya," ujar Tito.
ISTMAN M.P.