TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menduga ada yang memprovokasi peserta unjuk rasa Aksi Bela Islam II yang berakhir ricuh pada Jumat, 4 November 2016. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan dugaan adanya provokator bisa dilihat dari massa yang mempersiapkan diri menghadapi lontaran gas air mata.
"Pukul 18.14 WIB, massa sudah mengolesi wajahnya dengan odol, artinya apa? Mereka sudah mempersiapkan," kata Awi di Markas Polda Metro Jaya, Senin, 7 November 2016.
Menurut dia, tindakan itu diduga dilakukan karena massa sudah bisa membaca situasi akan terjadi kericuhan dalam demo 4 November. "Padahal polisi belum menembakkan gas air mata. Mereka sudah tahu rencana selanjutnya. Ini belum ada tembakan, dorong-dorongan belum ada," tutur dia.
Baca juga: Jokowi kepada Tentara Penjaga Demo 4 November: Terima Kasih
Awi memastikan saat ini polisi tengah menyelidiki dan mencari aktor di balik insiden ricuh yang menodai demonstrasi yang semula berjalan damai tersebut. Pemeriksaan atas sejumlah saksi dan video yang merekam kegiatan tersebut masih berlangsung. "Kami perlu waktu untuk melakukan analisis digital forensik terkait dengan data dan saksi yang telah diperiksa," ujarnya.
Dalam aksi Bela Islam II di depan Istana Merdeka Jumat lalu, peserta unjuk rasa dorong-dorongan dan melempari barang-barang ke pasukan pengamanan dari Polri dan TNI. Sejumlah kendaraan Polri dan TNI dibakar dan dirusak.
Polisi sempat melontarkan gas air mata beberapa kali untuk membubarkan massa yang semakin tak terkendali. Kerusuhan juga terjadi di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, dekat permukiman tempat tinggal Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Di Gedong Panjang, Jakarta Utara, beberapa rumah dirusak dan sebuah minimarket dijarah kelompok massa.
INGE KLARA
Simak juga:
Jokowi Pakai Jaket Bomber, 'Pemimpin Kita Mengikuti Tren'
Diperiksa Kasus Kerusuhan 4 November, Ketua HMI Tak Datang