TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon mengatakan Presiden Joko Widodo harus mengklarifikasi pernyataannya seusai demonstrasi pada Jumat, 4 November 2016. Presiden menyatakan aksi demonstrasi ditunggangi aktor politik yang memanfaatkan situasi.
"Ditunggangi aktor politik itu harus dijelaskan siapa maksudnya dan apa. Klarifikasi, jangan hanya lempar spekulasi," katanya di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 5 November 2016.
Baca Juga:
Fadli mengatakan demonstrasi kemarin hanya menuntut penegakan hukum terhadap Gubernur DKI nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias ahok, atas penistaan agama. Ia mengatakan massa merasa tidak ada keadilan dalam penegakan hukum tersebut. "Mereka juga merasa Presiden terkesan berpihak dan melindungi Ahok," ujarnya.
Kesan melindungi Ahok, menurut Fadli, tampak dari sikap Presiden yang tidak mau berkomentar dan tidak menerima delegasi massa. Demonstran bahkan telah menyiapkan 25 nama untuk bertemu dengan Presiden. Namun perwakilan demo diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama beberapa menteri Kabinet Kerja.
Fadli mengatakan sikap Presiden tersebut memicu kekecewaan masyarakat. Ia membandingkan sikap Presiden terhadap massa demo dengan Youtubers dan penulis Kompasiana yang diundang ke Istana. "Presiden lebih mementingkan dunia maya daripada dunia nyata," tuturnya.
Ratusan ribu orang memenuhi wilayah di depan Istana Negara hingga sekitar Patung Arjuna Wijaya sejak siang, Jumat, 4 November 2016. Mereka berunjuk rasa menuntut Presiden menghukum Ahok atas penistaan terhadap agama.
Demonstrasi bergerak seusai salat Jumat dari Masjid Istiqlal dan berhenti di depan Istana. Aksi berjalan damai hingga selepas magrib. Demo yang dijadwalkan selesai pukul 18.00 itu menjadi ricuh sekitar pukul 20.00.
Presiden mengapresiasi jalannya aksi yang damai hingga sore hari. Namun ia menyatakan kerusuhan yang terjadi setelahnya ditunggangi aktor politik yang memanfaatkan situasi. Ia tidak menjelaskan aktor yang dimaksud saat memberikan konferensi pers saat itu.
VINDRY FLORENTIN