TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Anton Setiaji mengatakan tim negosiator akan berada di garis depan pengamanan demo hari ini, Jumat, 4 November 2016. Karena itu, dia memerintahkan tim negosiator—yang sebagian besar polisi wanita—untuk melakukan pendekatan persuasif.
"Nanti tim negosiator jalan dulu, ini perintah," kata Anton saat memimpin apel di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat, 4 Oktober 2016. Anton mengingatkan demo hari ini diikuti masyarakat sipil. Karena itu, polisi wajib memberi pelayanan dan pengamanan. "Mereka itu saudara-saudara kita sendiri jadi harus diutamakan pendekatannya dengan baik."
Selain tim negosiator, Anton menunjuk tim intelijen bergerak dan segera menyebar untuk memberikan informasi. Tim intelijen harus dapat melihat dan segera menangkap penyusup di dalam kerumunan pendemo. "Jangan sampai lolos penyusupnya," ujarnya.
Anton mengingatkan, dalam memberikan pelayanan dan pengawalan kepada pendemo, tidak ada kekerasan. Jangan sampai polisi berbuat anarkistis kepada pendemo. Namun, jika pendemo anarkistis, dia mengizinkan polisi mengambil tindakan tegas sesuai aturan. "Kami punya protap, saya nanti yang bertanggung jawab jika ada apa-apa," tutur Anton.
Adapun di halaman Gedung Negara Grahadi telah disiagakan lima water canon, dua barracuda, dan ada tujuh truk pengangkut polisi.
Ahok tengah menjadi sorotan karena pernyataannya yang menyebut surat Al-Maidah saat berkunjung ke Kepulauan Seribu pada September lalu dianggap salah. Hal itu memicu efek berantai, dari keluarnya surat peringatan oleh MUI, pelaporan Ahok ke kepolisian, sampai demo besar yang akan berlangsung hari ini. FPI menyebut demo itu untuk mendorong kepolisian menghukum Ahok. Ahok mereka yakini bersalah, bahkan menistakan agama Islam.
EDWIN FAJERIAL