TEMPO.CO, Bojonegoro - Para pegiat lingkungan di Bojonegoro, menyatakan tanah kosong di Bantaran Sungai Bengawan Solo akan disulap menjadi areal perkebunan. Fungsinya, selain menjaga tidak longsor juga menarik pariwisata dari agroindustri.
Ide penghijauan ini muncul dalam kegiatan rembuk relawan Sungai Bengawan Solo bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Kamis 27 Oktober 2016. Pada acara itu, juga dilakukan kesepakatan antar-pihak untuk bersama-sama merawat Sungai Bengawan Solo dari pelbagai bencana. Seperti tanah longsor, limbah industri dan juga pengambilan pasir sungai dengan cara ilegal.
Suko Widodo, pegiat lingkungan di Bojonegoro mengaku telah berkoordinasi dengan sejumlah lembaga untuk menggelar kegiatan penghijauan di lahan-lahan kosong di bantaran Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro.
”Jadi kebun buah,” ujarnya di acara dialog antar-aktivis lingkungan hidup di Bojonegoro, Kamis 27 Oktober 2016. Tanaman yang disiapkan di antaranya jambu merah dan jambu kristal.
Baca berita lainnya:
Dahlan Iskan: Saya Sedang Diincar Terus oleh yang Berkuasa
OJK: 327 Nasabah BRI Mataram Laporkan Pembobolan Rekening
Kebun buah di pinggir sungai juga telah terdapat di Desa Ringinrejo Kecamatan Kalitidu. Di lokasi ini, terdapat lebih 2 hektare kebun belimbing. Selain itu lokasi wisata agroindustri, juga areal perkebunannya cocok untuk menekan terjadinya longsor.
Bantaran Sungai Bengawan Solo yang melintas di Bojonegoro panjang sekitar 100 kilometer. Mulai dari Kecamatan Margomulyo hingga Kecamatan Baureno, berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Lamongan. Dari jarak itu, melewati 14 kecamtan dan puluhan desa/kelurahan dan berpotensi banjir. Sebagian dari bantaran sungai itu, kerap terjadi longsor akibat desakan air sungai saat banjir. Di antaranya tanggung longsor di Kecamatan Kanor, satu pekan lalu.
Program ini menyertakan dari Dinas Pertanian, Perhutani, polisi Angkatan Darat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan juga pegiat lingkungan. Kawasan yang jadi sasaran penghijuauan sebagaian berada di bantaran sungai dan masuk di Kecamatan Kota Bojonegoro dan Kecamatan Trucuk.
Kepala BPBD Bojonegoro Andi Sujarwo mengatakan, ancaman bencana alam di sekarang tidak hanya datang dari luapan Sungai Bengawan Solo. Tapi justru yang kini kerap terjadi adalah ancaman banjir bandang akibat luberan 13 Anak Sungai Bengawan Solo. Di antaranya Sungai Pacal, Sungai Semarmendem, Sungai Kening, Sungai Dogol. “Dampak hutan di hulu sungai rusak, jadi kerap banjir bandang,” ujarnya dalam acara dialog antar pegiat lingkungan di Bojonegoro, Kamis 27 Oktober 2016.
Andi menambahkan, Anak Sungai Bengawan Solo, kini jadi ancaman serius jika musim hujan datang. Sebab, rata-rata lokasi hulu anak sungai berada di dataran tinggi dan di hutan. Tetapi karena hutan sudah banyak rusak, sehingga jika hujan deras datang, airnya sulit terkendali. “Dampaknya kerap terjadi banjir bandang,” ucapnya.
SUJATMIKO