TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melaporkan ada sekitar 50 warga negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari Mosul, Irak. Sedangkan warga Indonesia yang diketahui masih berada di sana ada lebih dari 400 orang. Mosul merupakan salah satu kota yang menjadi basis anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengatakan sudah mengantisipasi kedatangan mereka. "Kami awasi. Tentunya akan ada pendekatan," ucap dia di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2016.
Baca juga: Kepala BNPT: Upaya Pencegahan Terorisme Mesti dari Hulu
Menurut dia, pendekatan yang dilakukan BNPT tidak bersifat represif. Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri itu menuturkan pendekatan diperlukan untuk mencegah penyebaran paham radikalisme.
Sebab, tidak menutup kemungkinan warga yang kembali membawa paham radikalisme. Sementara di sisi lain, tidak mudah bagi aparat penegak hukum untuk mendeteksi paham itu. "Yang dibawa paham. Ada di dalam kepala. Kalau secara fisik bisa kami lihat," ucap Suhardi.
Simak pula: WNI Simpatisan ISIS Pulang dari Suriah, Apa Kata Wiranto?
Kendati demikian, upaya pendekatan yang dilakukan oleh BNPT bersifat persuasif. Pasalnya, kata Suhardi, hingga saat ini belum ada aturan yang memungkinkan bagi aparat memeriksa seseorang yang pulang dari negara rawan aksi terorisme.
Belum adanya aturan pemeriksaan terhadap WNI yang pulang dari negara konflik mendorong BNPT untuk berkoordinasi dengan parlemen. Sebab saat ini Dewan Perwakilan Rakyat tengah membahas revisi Undang-Undang Terorisme. Menurut Suhardi, pemeriksaan kepada pendatang dari luar negeri bagian dari upaya deradikalisasi.
Presiden Joko Widodo memanggil Kepala BNPT ke Istana Merdeka. Kepada Presiden Jokowi, Suhardi melaporkan langkah-langkah BNPT mencegah aksi terorisme. Selain itu, sempat dibahas juga upaya menangkis radikalisme setelah pulangnya 50 WNI dari Mosul.
Baca pula: BNPT: Pemicu Radikalisme Tak Lagi Kemiskinan dan Pendidikan
Pemerintah, kata Suhardi, mengantisipasi munculnya militan-militan yang pulang ke negara masing-masing. "Kami juga awasi bagaimana situs radikal bergerak," ucapnya.
Dalam sepekan terakhir ini pasukan Irak melancarkan serangan ke Kota Mosul. Ratusan militan ISIS diperkirakan tewas oleh pasukan Irak yang didukung oleh Amerika Serikat. Diperkirakan terdapat sekitar 5.000 milisi ISIS berada di Mosul.
ADITYA BUDIMAN
Baca juga:
Warga Bangka Belitung Demo Anti-Ahok
Operasi Narkoba Presiden Duterte Tembak Mati Wali Kota
Pesta Sumpah Pemuda Digagas Jokowi Secara Spontan