TEMPO.CO, Purwakarta - Hari ini, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, merupakan hari pertama kalangan pelajar dan para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Purwakarta, Jawa Barat, mulai mengenakan sarung dan kopiah saat belajar dan bekerja di kantor, meski masih tampak belum serempak.
Dari pemantauan Tempo di Sekolah Dasar Negeri Karya Mekar, Kecamatan Cibatu, para murid sudah 95 persen menggunakan sarung dan kopiah untuk laki-laki. Ada pun anak-anak perempuannya, tampak mengenakan pakaian muslim.
Anak-anak juga dibebaskan menggunakan sandal tanpa kaos kaki. "Kamu belum sembuh sunatannya," ujar Hilman, mencandai teman-temannya yang sama-sama mengenakan sarung, baju koko dan kopiah hitam itu ketika sampai di gerbang sekolahnya, Jumat 28 Oktober 2016.
Yang dicandai ada yang cengengesan, tapi lainnya ada juga yang tertawa terbahak. "Ini hari pertama belajar pakai sarung dan kopiah, ya seneng aja. Serasa mengaji atau di pesantren," ujar Hilman.
Baca:
Ayahanda Menteri Retno Meninggal Dunia
Sidang Pembunuhan Mirna, Mahasiswa Sebel Lihat Pembelaan Otto
Jessica Dibui 20 Tahun, Otto: Lonceng Kematian bagi Keadilan
Seorang ibu yang mengantar anaknya, terpaksa harus kembali ke rumah karena anaknya malu tak pakai seragam sarungan. "Aduh terpaksa harus pulang dulu ganti pakai sarung," ujarnya sambil ngeloyor. Si Ibu mengaku lupa instruksi dari kepala sekolah anaknya.
Ada pun para siswa SMAN Cibatu, terutama siswa prianya masih banyak yang tak langsung mengenakannya di perjalanan. "Dibekal dulu di tas, nanti, pas di sekolah baru dipakai," ujar Hery, siswa kelas VIII.
"Saya mah langsung saja dipakai dari rumah, biar terbiasa," timpal kawannya Firman. Ia tampak percaya diri mengenakan sarung menuju lokasi sekolahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya Sadang-Subang itu.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Purwakarta, Rasmita Nunung Sanusi, mengaku memaklumi kalau masih ada pelajar yang belum menggunakan sarung dan kopiah ke sekolahnya yang memulai jam belajar pukul 06.00 itu.
"Intinya, jika masih ada anak didik yang belum mengenakan sarung dan kopiah karena alasan lupa atau belum memilikinya, jangan sampai diusir. Mereka, tetap harus mengikuti pelajaran," ujar Rasmita.
Rasmita mengaku bangga, karena kewajiban anak pelajar mengenakan sarung, baju muslim dan kopiah hitam yang digagas Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, saat memperingati Hari Santri, 22 Oktober 2016, itu sudah mulai membumi.
"Padahal ini hari pertama," ujar Rasmita. Pada Jumat pekan depan ia yakin semua anak pelajar termasuk para gurunya yang ASN sudah mengenakan seluruhnya.
Dedi mengungkapkan ihwal instruksinya mewajibkan pakai sarung dan kopiah pada kalangan pelajar dan ASN itu karena sarung merupakan identitas keislaman nusantara. Penggunaan sarung dinilai akan membangkitkan suasana pesantren dan nilai-nilai santri di kalangan para pelajar dan pegawai pemerintahan.
NANANG SUTISNA