TEMPO.CO, Jakarta - Setiap kali membuka rapat terbatas atau rapat koordinasi, Presiden Joko Widodo selalu membukanya dengan pembukaan yang panjang. Umumnya, soal masalah yang akan dirapatkan di mana penjelasannya mencapai belasan menit. Namun, hal berbeda terjadi dalam rapat koordinasi dengan Perwira Tinggi Kepolisian dan TNI di Istana Kepresidenan pada hari ini, 24 Oktober 2016.
"Rapat hari ini akan membahas, satu soal pungli dan dua soal pilkada. Itu saja pengantarnya," ujar Jokowi singkat.
Baca: Marak Pungli dan Perizinan Sulit, Jokowi Jengkel ke Gubernur
Ya, itu saja yang diucapkan pria asal Solo itu. Kurang dari setengah menit dari yang biasanya belasan menit. Dan, Jokowi yang hadir mengenakan batik lengan panjang warna hitam hari ini hanya tersenyum setelah membuka rapat.
Pengantar itu tak elak membuat wartawan Istana Kepresidenan kebingungan. Beberapa baru mulai merekam, beberapa belum sempat mencatat apa yang diucapkan Jokowi. Tiba-tiba saja, rapat yang mereka tunggu sudah tertutup untuk mereka.
Baca: Jokowi: Masyarakat Kita Pintar tapi Senangnya Mungli
Protokoler dan biro pers Istana Kepresidenan pun ikut terheran-heran. Mereka yang bertugas membuat notulensi rapat hanya bisa geleng-geleng kepala dan terpaksa meminta awak media meninggalkan ruangan rapat di Istana Negara dahulu.
"Tolong keluar dulu ya mas," ujar protokoler yang mengarahkan awak media. Entah apa yang membuat Presiden Joko Widodo enggan berbasa-basi dalam membuka rapat.
Baca: Politikus Gerindra: Jokowi Hanya Meneruskan Kinerja SBY
Sebelumnya, pada 20 Oktober 2016, Jokowi sempat mengeluarkan kejengkelannya kepada kepala daerah. Hal itu diucapkan saat membuka rapat koordinasi kepala daerah di Istana Kepresidenan.
Menurut Jokowi, dia kesal karena kasus pungutan liar dan sulitnya perizinan masih marak di daerah. "Keluhan soal pungli masih banyak ke saya. Ini persoalan yang harus diselesaikan. Pungli telah membuat masyarakat kita susah untuk mengurus sesuatu," ujarnya.
ISTMAN M.P.