TEMPO.CO, Surabaya - Beberapa orang antre di ruang tunggu Puskesmas Sawahan, Surabaya, pada Senin sore lalu. Salah satunya adalah Heri Isnanto, karyawan swasta yang akan menggunakan layanan alat suntik steril. “Alhamdulillah ada layanan kesehatan sore hari, ini bagus untuk mengakomodir warga yang kerja,” kata Heri.
Heri merasa sangat terbantu dengan layanan puskesmas sore hari karena harus bekerja. “Sayang kalau tidak masuk (kerja).”
Pelaksana tugas Puskesmas Sawahan, Farida Rahayu, mengatakan puskesmasnya memberikan layanan andalan suntik steril. Suntik ini dipergunakan bagi pengguna narkoba suntik, baik yang pemula maupun yang sudah parah. “Pasiennya sudah menurun, karena kami juga bekerja sama dengan LSM untuk mencegahnya.”
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat Kota Surabaya yang pada umumnya pekerja diberikan pelayanan kesehatan di luar jam kerja di seluruh puskesmas se-Kota Surabaya pada sore hari. “Layanannya mulai Senin sampai Jumat pukul 14.30 sampai dengan 17.30,” kata Febria kepada Tempo di kantornya.
Puskesmas di Surabaya juga memberikan layanan dokter spesialis, rawat inap, poli psikologi, poli obat tradisional, obstetric neonatal emergency, paliatif, hingga program santunan bagi lansia dan remaja.
Sekar Mira, warga Ketintang, menggunakan layanan puskesmas untuk beberapa keluhannya. Penyandang kanker payudara ini rajin ke Puskesmas Gayungan untuk menjalani akupuntur di poli obat tradisional dan poli psikologi. Sejak selesai operasi dan kemoterapi empat tahun lalu, karyawati swasta itu merasa tubuhnya tidak sebugar dulu. Sehingga, selain berolahraga, ia juga memilih terapi akupuntur.
Dalam sepekan, Mira ke puskesmas sekitar dua hingga tiga kali. Setiap kali datang, Mira harus membayar uang pendaftaran Rp 5.000 dan Rp 20 ribu untuk tindakan. “Membayar ekstra karena tidak dijamin oleh asuransi seperti BPJS,” katanya, Ahad, 23 Oktober 2016.
Bagi Mira, ongkos Rp 20 ribu itu sangat murah. Karena biasanya, untuk pengobatan serupa di tempat lain, tarifnya jauh lebih mahal. “Ada yang Rp 150 ribu, bahkan lebih untuk sekali datang.”
Selain menjalani terapi akupuntur, Mira juga bisa berkonsultasi mengenai makanan penunjang untuk mendongkrak stamina dan ramuan obat untuk melapis pengobatan medis. Ia yakin, anjuran terapis itu tidak bertentangan dengan dokter karena terapisnya juga memiliki pengetahuan medis.
Selesai terapi akupuntur, Mira mengikuti terapi musik yang diberikan Puskesmas itu untuk memperbaiki kondisi psikologisnya pascavonis kanker. Untuk mendapatkan terapi musik, Mira tak perlu merogoh kantongnya dalam-dalam. Cukup membayar Rp 2.500 untuk setiap pertemuan. “Murah, mudah, dan bisa dipercaya,” ujar Mira, yang senang menggunakan fasilitas Wi-Fi gratis di puskesmas itu.
Puskesmas Gayungan yang menangani hingga 300 pasien per hari memiliki poli umum, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, mata, gigi, hingga poli psikologi dan obat tradisional. Sedangkan Puskesmas Sawahan, yang rata-rata menerima 150 pasien per hari, memiliki sembilan unit dan 6 poli. Mira merasa sangat terbantu lantaran puskesmas itu mudah dijangkau bahkan hanya dengan bersepeda angin.
Febria mengatakan puskesmas di kotanya tersebar di berbagai titik, sehingga masyarakat tidak perlu pergi jauh untuk berobat. Surabaya memiliki 63 puskesmas induk, 59 puskesmas pembantu, 63 puskesmas keliling, satu laboratorium kesehatan daerah, dan satu gudang farmasi kesehatan.
Fasilitas dan layanan di setiap puskesmas berbeda-beda karena mengikuti standar yang ditetapkan Menteri Kesehatan. Pemerintah Kota tidak bisa menetapkan sendiri fasilitas dan pelayanan di suatu puskesmas, tapi hal itu disesuaikan dengan standar dan akreditasi yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan. “Selama puskesmas itu bisa memenuhi standardisasi dan akreditasi itu, bisa saja ditambah fasilitasnya.”
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan sengaja membuat banyak puskesmas untuk melayani masyarakat. Namun, saat ini Risma lebih banyak melakukan preventif atau pencegahan terhadap berbagai penyakit di masyarakat. Salah satunya memberikan layanan bagi jemaah haji. Ia meminta jajaran puskesmas untuk jemput bola memeriksa jemaah haji agar tidak terkena virus zika. “Targetnya kemudahan layanan kesehatan,” kata Risma di ruang kerjanya.
ENDRI KURNIAWATI | MOHAMMAD SYARRAFAH